Bullying adalah masalah sosial yang semakin meningkat, terutama di kalangan remaja dan anak-anak. Tindakan ini bukan hanya merugikan korban secara fisik dan emosional, tetapi juga dapat berdampak pada lingkungan sosial secara keseluruhan. Indonesia, sebagai negara dengan Pancasila sebagai dasar negara, memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan landasan untuk mencegah dan mengatasi bullying. Seperti kasus bullying yang dialami seorang siswa SMA di Pasuruan,Jawa Timur, hingga membuatnya depresi dan harus dirawat dirumah sakit jiwa. Hal ini menjadi cerminan Betapa krisisnya nilai Pancasila dalam masyarakat kita. Bullying yang dilakukan 15 orang tersebut bukan hanya merusak fisik tetapi juga merusak kondisi psikologisnya.Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam pencegahan bullying.
Pancasila sebagai Fondasi Moral dan Etika
Pancasila, yang terdiri dari lima sila, adalah pedoman hidup ber Bangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan landasan moral dan etika bagi tindakan dan perilaku individu maupun kelompok. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai ini dalam pencegahan bullying sangat relevan dan penting.
 Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai pertama Pancasila menekankan pentingnya kepercayaan kepada Tuhan. Dalam konteks pencegahan bullying, penerapan nilai ini dapat dilihat dari pandangan bahwa setiap individu memiliki martabat dan nilai yang sama di hadapan Tuhan. Menghormati perbedaan agama, latar belakang, dan kepercayaan satu sama lain merupakan langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang harmonis. Sekolah dan komunitas perlu mengedukasi anggotanya tentang pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap keragaman sebagai manifestasi dari pengamalan nilai Ketuhanan.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Prinsip kedua menekankan pentingnya martabat individu. Perundungan, misalnya, sering kali merupakan akibat dari perilaku yang tidak pantas terhadap orang lain yang berasal dari ketidakadilan. Setiap orang diharapkan untuk saling menghormati dan mempraktikkan cinta dengan pendekatan kemanusiaan. Pendidikan karakter di sekolah, terutama yang berhubungan dengan program perundungan, dapat membantu menciptakan siswa yang lebih cerdas yang peka terhadap perasaan orang lain. Pelatihan karakter ini harus memperhatikan bagaimana membangun interaksi yang positif dan saling mendukung dalam komunitas.
Persatuan Indonesia
Pancasila memupuk semangat persatuan di antara berbagai etnis, agama, dan latar belakang. Dalam kasus perundungan, setiap upaya untuk melakukan kekerasan terhadap orang yang berbeda dari kita (secara fisik atau mental) dapat menjadi hambatan dalam mengejar persatuan. Oleh karena itu, hal ini dasar dan sentral dalam upaya membangun budaya inklusif di sekolah-sekolah dan dalam lingkungan sosial. Kegiatan untuk menumbuhkan kerja sama dan kebersamaan seperti kompetisi antarkelas atau forum juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan membantu mengurangi perundungan.
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan