Saat itu kurang lebih dua bulan dia mendampingi mereka menulis. Kadang ada kalanya perlu memberi sedikit intimidasi untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Karena inilah yang menjadi masalah utama bagi mereka. Ketidakmampuan mereka menulis bukan karena mereka tidak bisa. Namun lebih dikarenakan ketidakpercayaan diri akan kemampuan yang mereka miliki.
Mereka yang terlibat proses penulisan buku ini kebanyakan adalah murid-muridnya kelas IX di MTs Miftahul Huda Jambu. Menjadi keuntungan tersendiri bisa mengajar dan melibatkan mereka di Gelaran Jambu. Selain lokasi yang begitu dekat dengan madrasah, ketika bosan mengajar di kelas dia selalu membawa mereka ke taman baca ini.Â
Dan yang paling utama sosialisasi keberadaan dan dinamika Gelaran Jambu menjadi sangat mudah. Dari 40 murid kelas IX yang ada hanya 28 anak saja yang mau ikut menulis. Itu pun dia harus terus-menerus mendampingi mereka. Artinya setiap saat mereka mengalami kesulitan dan ingin sharing dia harus ada. Jangan sampai mereka mutung. Hingga akhirnya dari tema
sederhana tersebut lahirlah buku pertamaÂ
Aku dan Ibuku: Catatan Bakti Sepekan Anak-anak Jambu Kediri.
Buku itu selesai cetak di bulan Agustus 2009.Â
Demikian dia menuturkan lahirnya informasi, anak-anak desa Jambu bisa buat buku. Kerenkan ?
Bendo, 30 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H