BARISAN PAGAR DUSUN
Oleh Wahyudi Nugroho
Sembada tersenyum dan menundukkan diri. Â Sikapnya itu terbaca oleh dua pemuda Majaduwur itu. Â Memang benarlah ia yang telah menolong mereka. Â Seorang yang berilmu biasanya memang rendah hati.
"Kalau aku masuk Barisan Pagar Dusun, bagaimana ?"
"Itu memang syaratnya. Â Masuk Barisan Pagar Dusun dulu baru kalau ada pendadaran anggota pengawal bisa ikut."
"Aku ingin jadi anggota Barisan Pagar Dusun Saja. Â Tidak berat tugasnya."
"Hahahaha, baiklah. Â Datanglah ke rumahku. Â Nanti akan aku perkenalkan dengan Ki Bekel di dusun ini. Â Sekalian aku laporkan bahwa kau mau masuk Barisan Pagar Dusun Majalegi."
Mereka berpisah setelah ada kemauan Sembada bergabung untuk memperkuat barisan penjaga keamanan kademangannya.
Sembada melanjutkan usahanya mencari ikan. Â Seperti Kakek Narto, ia ambil ikan-ikan yang besar saja dan dimasukkan ke dalam kepis wadah ikan yang baru dibelinya. Â Ketika matahari hampir tenggelam kepis sudah penuh dengan ikan yang besar-besar.
"Pasti simbok akan senang. Â Besok ia bisa menjualnya ke pasar sebagian." Â Bisik hatinya.