Mencintaimu
Mencintaimu
Adalah liku menyusur kali di pegunungan
Kian lama kian sempit dan sunyi
Tapi tak pernah kulepas harapan
Suatu ketika pasti menemu
Bening mata air sumber kehidupan
Seperti cintamu
Selalu jadi mata air kehidupanku
Mencintamu
Ibarat mengikut gerak bintang di gelap malam
Kian hari kian jauh dan tak berujung
Tapi itu tak pernah kusesali
Sebab bersamamu adalah waktu terbaik
Dari umur manusia yang teramat pendek
Cinta kita
Mengalahkan hidup yang sia-sia
San, sahabatku
Ini suratku yang pertama, setelah bertahun-tahun tak bersua. Ingin aku bertemu lagi, duduk bersama, berbincang apa saja. Sambil menikmati silir angin lereng gunung Gede. Di desa Sarongge, tempatmu bertani.
Tentu saja, sembari menyeruput kopi. Kesukaan kita.
Kupetik sebait puisi, yang tertulis dalam novelmu. Hal 314 novel Sarongge. Telah berulang kali kubaca dan kubaca. Alangkah indahnya.
Telah sering aku coba. Ungkapkan rasa, tuang pikiran, lewat untaian kata, dan anyaman kalimat indah. Namun setelah kubaca, selalu hadirkan rasa kecewa. Aku gagal mencipta puisi.
Hingga detik ini. Belum jua aku temukan. Di mana rahasianya.
Pare, 19 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H