Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerita Silat: Songsong Tunggul Naga (sinopsis)

13 Maret 2024   22:54 Diperbarui: 2 Juni 2024   23:06 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SINOPSIS

Sembada adalah pemuda padepokan Cemara Sewu. Ia tengah menjalani tugas gurunya untuk mencari gadis kembaran adik seperguruannya. Juga mencari berita tentang keberadaan payung keramat songsong tunggul naga.

Dalam perjalanan tugas ia mampir ke bekas kota raja Medang.  Ia menyaksikan akibat perang yang telah membumi hanguskan kerajaan itu.

Di kota raja ia terpaksa bertempur dengan tiga penjahat yang menamakan diri gembong kota raja.  Ketiga orang itu dibuat tak berkutik, dan menyerah kalah.

Ketika ke rumah ibu temannya yang sekarang berprofesi sebagai penjual nasi di kedai pasar, Sembada bertemu kakek tua yang pernah menyaksikan ia menghajar gembong pasar kota raja.

Kakek itulah yang membuntuti Sembada hingga sampai hutan larangan.  Di hutan ini keduanya bertempur namun si kakek melarikan diri menuju sebuah goa.

Di dalam goa keduanya bertempur lagi, namun Sembada dibuat pingsan.

Ketika ia siuman ia menyaksikan bahwa goa itu laksana sebuah kitab ilmu yang dahsyat.  Ia lantas mempelajari isi kitab di goa itu hingga tuntas.

Setelah mencapai puncak ilmu Sembada mendapat hadiah sebuah cambuk sakti dari si kakek, yang ternyata kakek itu bekas senapati legendaris jaman prabu Darmawangsa, bernama Kidang Gumelar.
Di antar sikakek Sembada keluar goa dan melanjutkan perjalanan.

Ia berjalan ke arah matahari terbit.  Dalam perjalanannya banyak hal yang ditemui. Termasuk keberadaan gerombolan perampok yang dipimpin Gagakijo yang menguasai hutan Waringin Soban.
Informasi itu ia dapatkan ketika ia sedang mengisi perutnya di kedai setelah menyebrang sungai brantas.

Anggota gerombolan itu mengganggu kelompok berkuda yang tengah makan di kedai.  Terjadi pertempuran di halaman, namun gerombolan Gagakijo melarikan diri.

Pertempuran terjadi lagi di tengah hutan Waringin Soban. Kelompok berkuda yang menempuh jalan pintas hendak pulang ke desanya di hadang gerombolan Gagakijo.  Jumlah pasukan gerombolan itu lebih banyak. Besar kemungkinan pasukan berkuda akan dikalahkan.

Namun Sembada datang membantu kelompok berkuda itu.

Anggota gerombolan kalang kabut melawan Sembada, meski ia bertempur laksana orang yang tak tahu ilmu kanuragan, namun tandangnya membuat anggota gerombolan kocar kacir.

Meski telah berhasil dibantu namun pimpinan kelompok berkuda itu tidak berkenan. Sikapnya sinis terhadap Sembada, meski anak buahnya memperlihatkan sikap yang lebih ramah.

Sembada melanjutkan perjalanan. Di desa Sambirame, saat penduduk menyelenggarakan upacara metri desa, dan di selenggarakan acara adu ketangkasan, ia ikut dan memenangkannya. 

Ia mendapat hadiah yang banyak, yang akan dirampas kembali oleh punggawa desa yang ternyata sudah dikenal sembada.  Mereka adalah anggota gerombolan Gagakijo.

Sembada menghajar punggawa desa itu dengan cambuk saktinya hingga mereka mundur dari pertempuran.  Sembada kemudian membagi hadiah itu dengan warga desa miskin yang rumahnya ia tempati menginap.

Sembada melanjutkan perjalanan malam itu, dan sampailah di desa Bendo.  Di sana pemuda itu membantu seorang wanita tua membawa barang belanjaannya.  Sampai di rumah Sembada diminta tinggal dan menjadi anak angkat wanita itu.

Berbagai hal dialami Sembada di tempat barunya, hingga ia mendengar berita keberadaan payung pusaka keramat Songsong Tunggul Naga.  Ternyata pusaka itu dalam cengkraman golongan hitam yang bersarang di lereng gunung kelud.

Ketika ia mencari sarang gerombolan hitam itu ia bertemu adik seperguruannya yang telah menguasai ilmu yang dahsyat pula seperti dirinya.  Mereka sempat bertempur karena saling tak mengenali lawan, namun karena kehadiran kakek sakti Kidang Gumelar mereka menjadi tahu, bahwa mereka saudara seperguruan.

Lewat perjuangan yang dahsyat akhirnya Sembada dan Sekararum mampu menguasai payung keramat.  Payung itu lantas di bawa ke kademangan Majaduwur sebelum di serahkan kepada Pangeran Erlangga.

Pertempuran berulangkali dialami Sembada.  Saat mempertahankan payung pusaka di kademangan, juga saat mengantarkan payung itu di pesanggrahan Pangeran Erlangga.

Pertempuran terakhir dalam petualangannya saat ikut pasukan bala putra raja menggempur kerajaan wura wari. 

Atas jasanya yang besar Sembada diangkat jadi Senapati wilayah selatan kerajaan Kahuripan bergelar Senapati Naga Wulung.  Di dunia persilatan ia terkenal dengan julukan Pendekar bercambuk Nagageni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun