Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Tumpeng-Gunungan (4)

13 Maret 2024   10:09 Diperbarui: 13 Maret 2024   17:12 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tokoh majelis ini, Sunan Kalijaga, justru telah lebih dahulu undur diri. Ia keluar lingkungan istana, mengembara dari satu desa ke desa lainnya. Sembari mendalami seni budaya rakyat untuk melengkapi kekurangannya dalam menyebarkan ajaran Islam.

Dalam pengembaraannya wali itu menghadapi sikap resistensi yang kuat dari rakyat terhadap agama Islam. Agama baru itu tidak memberi berkah, tapi mendatangkan musibah. Membuat hati rakyat khawatir dan takut, hidup mereka akan hancur pula. 

Kembali jalankan ajaran lama tak ada keberanian di hati rakyat. Mereka takut telik sandi Demak tahu dan lapor kepada atasannya. Maka tradisi puja syukur tahunan di pura, pesta bersama nikmati hasil kerja, dan festival seni budaya di desa-desa Jawa punah. 

Pedalaman Jawa yang dulu semarak dalam acara tahunan, kini sunyi senyap tak ada denyut keindahan lagi. (Bersambung)

Dok UNU indonesia
Dok UNU indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun