Jelang ramadan, masyarakat Jawa acap kali selenggarakan selamatan / kenduri, terkenal dengan istilah megengan. Dalam acara tersebut sering disuguhkan pelbagai sarana / ubarampe yang kas. Di antaranya tumpeng, apem dan pisang.
Tradisi ini sudah ada sebelum diadopsi masyarakat Islam sebagai sarana dakwah. Nilai simbolik yang terkandung pada tiga jenis ubarampe itulah yang mewartakannya.
Pisang dan apem simbol laki-perempuan. Lingga dan yoni. Simbol kakek dan nenek moyang, leluhur, yang menjadi lantaran keberadaan kita. Jadi pepunden, yang senantiasa harus dipundi, dihormati. Didoakan agar selalu dalam perlindungan Hyang Widi. Tuhan atau Allah.
Tumpeng adalah lambang meru, mahameru. Yang menjadi sentrum atau kiblat melakukan puja bakti bersama. Ia lahir dari tragedi historis ketika masyarakat kehilangan tempat beribadat sebagaimana biasa, di pura.
Bagaimana hal itu terjadi, dan kapan peristiwanya, berikut ini cerita tutur yang tenggelam oleh gelombang zaman.
Bendo, 11 maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H