Penerjemahan menurut para ahli, Levy dalam bukunya Translation as Decision process (dikutip dalam Holidaja, 1993: 49): Terjemahan adalah suatu proses kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada penterjemahan bertali beberapa kemungkinan kesepadanan terdekat dalam membuat makna situasional. Jadi penerjemahan suatu proses untuk menerjemahkan konteks-konteks bahasa.
Ilmu Nahu adalah tata bahasa Arab (gramatikal bahasa Arab). Sedangkan Nahu menurut istilah qawa'id yang diketahui bentuk-bentuk bahasa Arab dan keadannya ketika berdiri sendiri dan dalam susunan kalimat.
Hubungan terjemahan dengan Ilmu Nahu tentunya sangat erat, karena ilmu Nahu merupakan ilmu alat yang digunakan untuk mengetahui pembelajaran bahasa Arab dan ilmu ini sangat penting untuk dipelajari, sebab menerjemahkan teks-teks bahasa Arab perlu mengetahui tentang kaidah-kaidah, struktur, serta pola kalimat dalam bahasa Arab.
Melalui ilmu nahwu inilah kita dapat mengetahui kaidah-kaidah ilmu bahasa yang sangat banyak dengan begitu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk menerjemahkan suatu teks, khusus ilmu Nahu untuk menerjemahkan bahasa Arab. Apabila seorang ingin menerjemahkan suatu konteks bahasa lalu tidak tahu ilmu Nahu maka akan sulit untuk menerjemahkan bahasa Arab.
Menurut saya mempelajari ilmu nahwu sangat penting untuk kita pelajari karena sebagai seorang penerjemah khususnya penerjemah bahasa arab itu sangat berguna contohnya bisa memberi harakat kepada kitab-kitab gundul dan sebagai penerjemah bahasa perlu tahu konteks-konteks bahasa nya seperti ilmu Nahu sebagai ilmu alat untuk memahami kaidah-kaidah bahasa Arab karena dalam buku Seluk Beluk Penerjemahan, penerjemahan ialah langkah yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada waktu dia melakukan penerjemahannya. Pada waktu seorang penerjemah menghadapi teks Bsu, juga harus meneliti latar belakang ilmu pengetahuan yang diterjemahkan itu. Kalau tidak, tentu akan mengalami dan kesulitan yang serius. Itulah sebab pentingnya memahami konteks-konteks bahasa Arab terlebih dahulu sebelum menerjemahkan.
Menurut  Imam Syekhshon Haji pengarang kitab Al-jurumiyah yang masyhur di kalangan santri atau penuntut ilmu agama, beliau mengarang kitab tersebut bertujuan untuk membantu memudahkan membaca teks-teks Arab. Sebagaimana perkataan Syekh Ibnu Malik dalam kitab Al-fiyyah itu yang berisi ilmu nahwu bahwa mempelajari ilmu Nahu sangat penting .
Adapun contoh konkret adanya lhan adalah pada waktu Abu al-Aswad ad-Du'aly mendengar anaknya mengucapkan sebuah kalimat demikian: (Ahsanu assama'), Abu al aswad ad-Du'aly mengira ditanya maka ia menjawab: nujumuha ( bintang-bintangnya). Anaknya langsung menjelaskan bahwa dia bukan bertanya tetapi heran dengan keindahan langit. Seketika itu abu al aswad ad-Du'aly menasabkan ucapan ahsan dan assama' menjadi  (ma ahsana assama'a) kalau memang yang dikehendaki itu adalah keheranan atau ta'ajjub. Itu merupakan contoh yang bisa saya berikan mungkin bermanfaat karena salah menerjemahkan bahasa terkhusus bahasa arab sedikit salah membaca maknanya pun salah.
Fungsi ilmu Nahu diperlukan untuk memenuhi kepentingan komunikasi bahasa Arab, utamanya komunikasi secara tertulis. Penggunaaan ilmu Nahu yang seuai dengan fungsinya adalah untuk menata kata-kata Arab menjadi kalimat bahasa Arab yang benar sehingga bisa dipahamai dengan tepat.
Penggunaan ilmu Nahu yang bermanfaat dan tidak sampai pada penyalahgunaannya adalah kalau hanya sebatas untuk menentukan bacaan kalimat yang sudah dipahami maksudnya, dan tidak digunakan untuk membelokkan maksud kalimat kearah alternatif bacaan yang tidak dimaksudkan oleh penulisnya.
Penyalahgunaan ilmu Nahu dimulai dari terbaliknya proses membaca, yakni paham dulu agar dapat membaca dengan benar, bukan membaca dulu dengan benar supaya dapat memahami maksud bacan. Akibat terbaliknya proses membaca ini adalah sulitnya membaca tulisan bahasa Arab dan dampaknya adalah tersebarnya citra buruk terhadap bahasa Arab sehingga bahasa Arab dianggap sebagai 'momok' meskipun dikalangan para pelajar muslim.
Penyalahgunaan ilmu Nahu hanya terjadi pada saat membaca tulisan bahasa Arab gundul. Dalam rangka menangkal penyalahgunaan ilmu Nahu ini maka rekomendasi yang tepat adalah kembali mengapresiasi fungsi syakal, yaitu dengan cara menyempurnakan semua terbitan berbahasa Arab dengan syakal mengikuti jejak mushaf Al-Qur'an. Ketepatan rekomendasi ini tidak bisa diragukan karena tidak ada tulisan yang lebih sempurna dari mushaf Al-Qur'an yang mana proses membacanya logis, memahami terlebih dahulu agar dapat membaca.