Berbeda dengan Hary Tanoe. Ia banyak memiliki jaringan internasional yang statusnya sebagai mitra atau kerjasama. Jadi, jika Hary Tanoe manjadi pendamping Jokowi, Indonesia nantinya akan sangat mudah bila ingin bekerjasama dengan negara lain, baik soal investasi, infrastruktur, atau kerjasama lainnya.
Jadi kesimpulannya, kelima nama tokoh kandidat Cawapres Jokowi yang disodorkan SAS Institute, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilihan yang tepat adalah pilihan yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan visi misi Jokowi untuk 5 tahun ke depan.
Jika diamati, kebutuhan Jokowi saat ini sepertinya tak jauh berbeda dengan ketika Pilpres 2014 lalu. Dan kala itu Jokowi memilih Jusuf Kalla yang berlatar belakang pengusaha. Maka, sebagaimana Jusuf Kalla, pilihan Jokowi sepertinya akan jatuh kepada Hary Tanoesoedibjo yang juga berlatar belakang pengusaha.
Sekian__
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H