Berbulan bulan yg lalu saya pernah kehilangan sahabat. Dia yg sudah saya anggap seperti  adik saya sendiri. Pergi dari hadapan saya karena sebuah perbedaan pendapat. Kami tidak bertengkar. Tidak. Walau sebenarnya dia banyak dihujat dan dicaci oleh teman dan lingkungannya karena keputusan yg diambilnya. Saya waktu itu hanya diam. Menjauh. Mungkin krn saya terlalu pengecut. Saya fikir dia harusnya sudah tau betapa reaksi saya waktu itu menunjukkan bahwa saya tidak sependapat dengan keputusannya dan betapa dalam pandangan saya hal itu salah. Namun saya tidak mengatakan apa-apa. Krn dalam setiap apa yg dia tulis di jejaring sosial atau manapun, menunjukkan pembelaannya atas keputusan yg diambilnya, dan betapa seseorang seharusnya memahami dan menghormati orang lain karenanya. Karena itulah saya diam. Menjauh.
Saya baru tahu rasa kehilangan seorang sahabat itu jauh lebih menyakitkan daripada patah hati. Saya SERIUS. Ini sama sekali tidak saya lebih lebihkan. Saya pun merasa sedikit heran. Berbulan bulan setelahnya ada rongga dalam hati saya. Sakit. Saya baru sadar begitu besar ternyata selama ini saya menyayanginya. Sehingga ketika dia pergi begitu saja saya merasa dikhianati. Sangat terluka. Setiap kesempatan saya selalu saya gunakan untuk bertanya pada Tuhan. Apa maksud semua ini. Jika memang hal seperti ini sudah digariskan dalam takdir Tuhan. Mengapa sulit bagi saya untuk menerima dan ikhlas. Mengapa harus dia yg saya sayangi. Menyakitkan sekali. Hampir tiap saat saya dibebani pertanyaan-pertanyaan ini.
Dan Tuhan menjawab dengan caranya...
Ketika saya benar2 sedih dan tak  bisa memahami kehilangan ini Tuhan menjawab dengan cara yg ajaib. Saya seolah dituntun untuk mengerti. Ditampakkan pada saya ayat-ayat yg menjelaskan dan memecahkan masalah saya. Dan ini yg paling aneh. Tuhan mengganti (aneh sebenarnya menggunakan kata "mengganti" untuk seorang teman) tp itulah yg saya rasakan. Dia mengganti kehilangan saya dengann yg org yg lebih baik dengan nama yg SAMA PERSIS!. Kalo anda bilang ini hanya kebetulan, saya sangat tidak setuju. TIDAK ADA YG KEBETULAN DI DUNIA INI. Semua sudah digariskan. Dia yg pergi meninggalkann saya. Rasa sakit saya dan kesulitan saya menerima semua ini. Dia yg datang dengan nama yg sama persis. Semua sudah digariskan.
Yang akhirnya membuat saya berusaha ikhlas. Bukan saya yg bisa menentukan hitam putihnya sesuatu. Tapi Dia. Sesulit apa pun ikhlas itu. Karena bukankah rasa sayang pun dariNya...???. Rasa sakit ini pun pemberianNya....Jadi apa lagi yg bisa saya lakukan selain pasrah menerima segala ketentuanNya. Tuhan tahu apa yg terbaik bagi hambaNya. Dan tidak ada yg Dia inginkan selain kebaikan bagi hambaNya. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H