Mohon tunggu...
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wahyudi Akmaliah Muhammad Mohon Tunggu... profesional -

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tiga Cerita

13 November 2012   08:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Ketiga

Tidak dipungkiri, setiap institusi dan ataupun perusahaan selalu memiliki kriteria khusus terkait dengan calon pegawai yang akan diterima. Kriteria ini terkait dengan kecakapan, keahlian, dan  kesesuaian bidang kesarjanaaan di atas kertas, yaitu ijasah. Dengan harapan, lewat kriteria tersebut, institusi dan ataupun sebuah perusahaan benar-benar memilih orang yang tepat. Namun, kriteria itu menjadi aneh bagi saya, ketika sebuah perguruan tinggi membuka lowongan pekerjaan untuk dosen tapi mengkhususkan bahwa sang calon dosen tersebut adalah lulusan dari Perguruan Tinggi tertentu. Kriteria tersebut seakan-akan hanya ditunjukkan oleh orang-orang khusus yang secara implisit sudah dipilih. Hal ini terjadi juga pada seorang teman yang saya kenal. Cerita ini saya dapatkan dari temannya teman saya.

Satu saat Si Apin memberanikan diri untuk melamar di sebuah Perguruan Tinggi Islam Negeri untuk menjadi dosen. Meskipun ia sudah tahu bahwa lowongan lamaran dosen CPNS itu sudah diperuntukkan untuk asisten dosen dari seorang Profesor ternama yang memiliki latarbelakang Ormas berlambang Matahari. Pembukaan lamaran dosen CPNS tersebut, dengan demikian, hanya formalitas semata. Namun, berhubung kriteria yang diinginkan oleh Perguruan Tinggi Islam tersebut sama persis dengan latarbelakang pendidikan yang dimiliki, ia tetap nekat untuk mendaftarkan diri.

Karena tahu bahwa dalam Perguruan Tinggi tersebut hanya punya dua haluan besar Ormas Islam yang mendominasi, yaitu Hijau dan Matahari, Ia, mau tidak mau, harus bersiasat dengan memanfaatkan identitas dua Ormas tersebut. Terlebih lagi Ia lahir di Jawa Timur di mana basis Ormas Hijau bertebaran di sana, tapi secara organisasi kemahasiswaan, mengikuti organisasi kemahasiwaan di bawah lambing matahari. Dua identitas ini yang menjadi modal dirinya untuk bertarung dengan asisten Profesor yang berhaluan Matahari tersebut. Sementara, untuk menguatkan kehijauannya ini, Si Apin melakukan kontak personal dengan orang-orang Jakarta. Untuk Perguruan Tinggi, ia memanfaatkan jaringan organisasi kemahasiswaan.Tahapan tes ia lalu dengan baik satu persatu hingga sampai tahapan wawancara. Hasil tes tersebut diumumkan. Tak disangka, selain memiliki kemampuan akademis, dengan dua modal identitas inilah ia bisa diterima sebagai dosen di Perguruan Tinggi tersebut mengalahkan asisten dosen Profesor yang sudah mengampuh beberapa tahun.

Namun, dua ideologi Ormas besar ini tak sepenuhnya berlaku. Ada Si Upun yang diterima di sebuah Perguruan Tinggi Islam untuk menjadi dosen dalam bidang tertentu, meskipun dua ideologi keagamaan ini selalu mewarnai secara dominan perguruan tersebut. Meskipun secara kultural ia berasal dari haluan hijau, ia tak memiliki dukungan dari organisasi keagamaan tersebut. Dengan kata lain, ia diterima secara murni berjuang untuk memperebutkan satu jatah dosen. Usut punya usut mengapa ia bisa diterima dengan proses murni seperti itu karena ada satu kondisi yang memungkinkan dirinya bisa diterima. Kondisi itu adalah karena Perguruan Tinggi tersebut sedang terjadi perang dingin di antara para dosen yang memiliki latarbelakang dua ormas keagamaan sehingga di antara dua tegangan itu proses penerimaan CPNS tidak terjadi tarik menarik, malahan proses pembiaran. Nah, ia mendapatkan berkah dari pembiaran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun