Mohon tunggu...
Wahyudi Ahlan
Wahyudi Ahlan Mohon Tunggu... Musisi - Musisi/Penulis

Seorang seniman musik klasik, performance, sekaligus penulis. Ketertarikan dalam hal seni, sosial, budaya, sejarah dan teknologi terkait perkembangan musik di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Resital, Pertunjukan Elit Musik Klasik di Kota Padang

1 Desember 2023   19:08 Diperbarui: 1 Desember 2023   19:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. WESSA - Pertunjukan solis viola - Sendi Orysal (2023) 

Seni Musik Tradisional dan Musik Klasikal, dua kesenian yang dianggap berseberangan dalam perspektif sosial, dimana salah satunya dianggap berkelas dan yang lainnya tidak. Padahal menilik sejarah musik dalam skala global, kedua musik ini berangkat dari anatomi budaya yang sama. Musik Tradisional dan Klasikal memiliki kelas dan ruangnya masing-masing, hipotesa inilah yang coba dibuktikan oleh Sendi Orysal dkk. pada ruang pertunjukan Recital #5 di Colonial Caf kota Padang, Sabtu silam (21/10/2023).

Pertunjukan musik yang bertemakan 'Recital#5 : Tradisi x Klasik' merupakan serangkaian konser rutin yang dimulai sejak 23 Februari 2022. Pertunjukan ini mengusung konsep musik kamar atau secara gamblang diartikan sebagai musik dengan format kecil. Konsep musik seperti ini pada masanya merupakan jenis musik yang digunakan dengan tujuan pertunjukan skala kecil oleh para bangsawan. Seiring dengan perkembangan zaman, konsep musik seperti ini mulai dinikmati dapat oleh kalangan masyarakat yang lebih luas.

Pertunjukan ini menampilkan musisi yang telah berkiprah pada tingkat internasional maupun nasional namun  tetap bersedia membagikan daya artistik nya kepada kita semua. Diantaranya, Sendi Orysal yang merupakan pemain biola alto dalam Orkestra Internasional G20. Selain itu pertunjukan ini juga menampilkan deretan musisi diantaranya, Ahmad Eriyandi (Solis Piano), Putri Nabila Nurafizah (violin 1), Kenanga (violin 1), Iswandi (violin 2), dan Muhammad Arif Fadillah (violin 2).

Dok. WESSA - Pertunjukan solis saluang, dendang, rabab - Mak Hasan (2023)
Dok. WESSA - Pertunjukan solis saluang, dendang, rabab - Mak Hasan (2023)

Secara khusus mengusung tema Tradisi x Klasik, WESSA juga mempertunjukkan ini menampilkan seorang pegiat seni tradisi oleh Mak Hasan (Dendang, Rabab dan Saluang). Beliau adalah seorang seniman tradisi yang pernah manjadi seorang dosen musik tradisi Indonesia di salah satu universitas di Amerika Serikat dan ikut ambil bagian pada Yogyakarta Royal Orchestra sebagai seorang solis Saluang pada pagelaran Hari Musik Dunia 2022.

Pada tema pertunjukan Tradisi x Klasik WESSA ingin mengangkat isu penting yang terjadi dalam seni musik dimana terdapat sekat-sekat seni yang kentara pada masa sekarang. Hal ini berdampak buruk bagi kemajuan perkembangan seni itu sendiri. Beberapa tahun belakang seni tradisi seringkali dibenturkan dengan isu yang sangat 'membosankan', ya! globalisasi dan modernisasi. Musik Tradisi selalu dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Sebagai pelaku seni kita selalu menutup mata dari persoalan sebenarnya yaitu pentingnya 'literasi'.

Kita harus fairplay mengakui bahwa, penggerusan budaya tradisional yang terjadi hari ini merupakan manifestasi dari ketidakberdayaan seniman terdahulu dalam mengelola informasi seni tradisi itu sendiri. Penolakan budaya barat dengan alasan menjunjung tinggi budaya lokal justru menjadi umpan balik yang mematikan karena sulitnya seni tradisi dalam melawan arus modernisasi.

Dok. WESSA, Foto bersama tim manajemen dan musisi Recital#5 (2023)
Dok. WESSA, Foto bersama tim manajemen dan musisi Recital#5 (2023)
Seni musik klasik yang notabene merupakan tradisi musik masyarakat Barat, keberadaannya selama ini selalu dianggap mengancam nyawa musik tradisi. Padahal melalui musik klasik justru sebenarnya kita bisa menerapkan metode untuk meliterasikan karya-karya seni tradisi. Sebagai pelaku seni ,seharusnya kita mampu berlaku open minded dan berhenti menggunakan cara 'kuno' seperti literasi buah bibir dalam memberdayakan seni. Pemanfaatan 'ilmu barat' seharusnya dapat menjadi salah satu solusi bagi keberlangsungan seni tradisi kita dimasa depan, karena keberadaan seni tradisi merupakan bukti eksistensi sebuah peradaban. 

Tanpa pengembangan serta perawatan yang layak untuk seni tradisi, ide-ide kepunahan seni tradisi karena isu globalisasi akan benar terjadi. Program Recital ini merupakan salah satu upaya komunitas WESSA dalam mewujudkan sebuah sajian pertunjukan yang bertujuan untuk memberdayakan seni dan budaya. Sebuah gerakan yang dilakukan atas dasar pengembangan seni dan budaya yang lebih baik dimasa depan. Ruang-ruang seperti diharapkan menjadi titik cerah bagi pelaku seni dalam mengimplementasikan karya nya kedalam sajian pertunjukan agar karya-karya mereka tidak tergerus industrialisasi dan modernisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun