Mohon tunggu...
Agus Wahyudi
Agus Wahyudi Mohon Tunggu... Akuntan - Guru SD, mencoba belajar menulis dan mendongeng

Guru SD, sekarang tinggal di Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Orang Sabah Itu Ramah: Sebuah Pengalaman Saat Solo Touring Sepeda dari Kota Kinabalu

30 Desember 2021   11:03 Diperbarui: 3 Januari 2022   19:45 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Tip of Borneo, tempat tujuan saya touring sepeda (Dokpri)

Ketika pemilik kedai sepeda bilang kalau dibengkelnya tidak tersedia hanger rear derailleur yang sama seperti milik saya yang patah, Cikgu Pong mendesak pemilik bengkel itu untuk terus mencarinya.

Cikgu Pong ternyata kenal baik dengan pemilik kedai sepeda itu. Pemilik kedai sepeda itu pun pamit pulang ke rumahnya untuk mencari suku cadang itu di gudang rumahnya.

Tidak lama ia kembali, dan mencocok-cocokkan hanger rear derailleur baru yang dibawanya. Lagi-lagi Cikgu Pong memintanya untuk mencoba dulu dipasangkan di sepeda saya. Dan, ternyata berhasil!!! Hanger yang dibawanya cocok di sepeda saya. Ongkos pasang dan harga suku cadangnya adalah RM 38. Cikgu Pong kembali ke mobilnya, mengambil uang untuk membayar perbaikan sepeda saya. Untung saya lebih cepat mengambil uang, malu rasanya sudah dibantu sebegitu besarnya, masih juga dibayari ongkos perbaikan sepeda saya.

Selesai sepeda saya diperbaiki, saya pamit untuk kembali ke SPBU Shell, tempat saya menunggu semula. Tentu saja, saya meminta untuk bertukar nomor telpon, siapa tahu ada kesempatan untuk bertemu kembali dengan Cikgu Pong, siapa tahu saya punya kesempatan untuk berbalas budi.

Sambil mengobrol tadi dan mengayuh sepeda kembali ke SPBU Shell, dalam hati saya berbicara dengan diri sendiri, betapa mulianya Cikgu Pong ini. Memberi uang, mengantar saya ke bengkel sepeda, menemani dan mengobrol sampai sepeda saya selesai diperbaiki, bahkan hampir saja membayari biaya perbaikannya. Dan itu dilakukan kepada saya, orang yang sama sekali tidak dikenalnya, orang Indonesia pula.

Lebih dari itu, ia menunda agenda bersama keluarganya, membiarkan istri dan anak-anaknya menunggu sampai urusan membantu saya selesai sepenuhnya.

Ketika berpamitan, istri dan anak-anaknya melambaikan tangan dan tersenyum tulus, tidak ada tanda jenuh menunggu di dalam mobil selama hampir satu jam suaminya “mengurusi” saya. Sebuah ketulusan yang tiada duanya dari keluarga Cikgu Pong ini.

Ketika sampai di SPBU Shell, Pak Aksar dan Pak Eko sudah menunggu di mobil van sekolah di pojokan pom bensin itu. Ban depan sepeda dilepas dan sepeda Polygon Path berwarna biru dimasukkan ke tengah van dalam posisi dibalik. Aman sudah!

Di tengah perjalanan kami singgah di Masjid untuh sholat Ashar. Sebentar saya mengecek handphone, dan saya mendapati pesan masuk Cikgu Pong yang menanyakan posisi saya dan mendoakan perjalanan saya lancar dan dimudahkan. Kami tiba di sekolah selepas Magrib.

sepeda saya di evakuasi di dalam van (Dokpri)
sepeda saya di evakuasi di dalam van (Dokpri)
---

Malam hari setelah Isya, 25 Desember, saya berjalan menuju sekolah untuk mengambil van, ingin mengantar teman-teman saya yang akan berkemah di Bukit Botak. Kebetulan jalan menuju sekolah gelap karena tidak ada lampu penerangan jalan. Dari arah berlawanan sebuah motor lewat. Sempat motor itu melewati saya, tetapi kemudian berbalik dan menghampiri saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun