Mohon tunggu...
wahyudi3120
wahyudi3120 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebijakan Kantong Berbayar, Cara Instan yang Kurang Mempan

15 Maret 2016   08:21 Diperbarui: 15 Maret 2016   08:33 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mau berobat tentu harus mengetahui penyakitnya, sehinggga dalam mengobati penyakit sesuai dengan obatnya  serta mendapat kesembuhan dengan cepat. Kebanyakan seseorang sering gegabah dalam bertindak dalam meraih keinginan dan tujuan, tujuannya memang benar tetapi caranya yang sering keliru. Salah satu contohnya yaitu kebijakan plastic berbayar yang diterbitkan pemerintah yang mana tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan kantong plastic maka pembeli berkewajiban membeli kantong plastic seharga Rp 200 namun hal ini kurang efektif.  Sebuah kebijakan yang tampak membawa dampak positif akan tetapi menimbulkan sejuta masalah baru,  pemerintah sepertinya tidak mau repot sehingga menggunakan cara yang instan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Merujuk pada permasalahan diatas , maka untuk mengurangi penggunaan kantong plastic yang banyak kemudian menjadi sampah plastic yang sulit diurai tanah dan sering membuat petugas kebersihan kewalahan  melaui beberapa cara yaitu:

1. Menyediakan kantong tas yang terbuat dari sejenis kertas yang ramah lingkungan seperti yang Negara-negara maju;

2. Penyuluhan tentang penggunaan kantong tas yang hemat dan tepat guna;

3. Kalaupun berbayar seharusnya uang menjadi pemasukan Negara bukan kepada produsen  atau took-toko yang tambah untung;

4. Pemerintah menghimbau masyarakat agar membawa dari rumah tas untuk membawa barang belanja;

5. Ada pengolahan sampak kantong plastic menjadi  kerajinan seperti bunga atau buah dari kantong plastic.

Kantong plastic begitu murah dan mudah didapat sehingga penggunaannya kebanyakan sembarangan, adanya kebijakan plastic berbayar memang sedikit tidak mampu mengurangi penggunaan kantong plastic karena masyarakat akan segan membeli kantong plastic dan hal inilah yang memicu masyarakat  hemat dalam penggunaan kantong plastic. Hal yang menjadi  kejanggalan yaitu ketika uang hasil penjualan masuk ke kantong-kantong pemilik toko atau produsen kantong plastic bukan masuk ke kas pemerintah yang membuat kebijakan. Hasil penjualan dari kantong plastic lumayan banyak,  bayangkan jika dalam sehari masyarakat Indonesia menggunakan kantong plastic berton-ton maka dari penjualan kantong plastic kemudian itu digunakan untuk memproduksi kantong tas yang terbuat dari sejenis kertas dan memproduksi tas belanja yang penggunaannya berkelanjutan tidak seperti kantong plastic yang cepat rusak. Sebenarnya kantong plastic bisa dipakai beberapa kali jika masih layak pakai namun masyakat menyepelekannya dan membuangnya begitu saja.

Ada sejuta cara untuk mengurangi penggunaan kantong plastic namun dalam hal ini pemerintah harus bersinergi dengan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat masing-masing memiliki peran dalam upaya pengurangan penggunaan kantong plastic.  Pemerintah harus berkomitmen untuk  menyelesaikan masalah kantong plastic sebab Negara Indonesia adalah Negara dengan penyumbang sampah plastic di lautan setelah Cina. Masyarakat diberi himbau agar dapat memanfaat kantong plastic dengan bijak.

           

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun