Mohon tunggu...
Wah Yudi
Wah Yudi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Warga Indonesia yang saat ini tinggal diJakarta dan bekerja di Industri Periklanan.\r\n\r\nFans AC Milan era the dream team, tapi juga penggemar permainan cantik nan indah ala Tiki Taka dan Total Football. Jadi suka bingung, mules bin pening jika AC Milan ketemu Barca seperti 4x di LC 2012 atau Belanda vs Spanyol di PD 2010 :D Tapi klub Nottingham Forest yang paling saya suka, cinta lingkungan gitu kesannya Hahaha :D

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Messi–Casillas, Penyempurna Tiki Taka

16 Juli 2013   17:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:28 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adigium yang berlaku untuk apapun didunia ini, termasuk pula kesempurnaan taktik TikiTaka yang mendominasi sepakbola dunia selama 5 tahun belakangan ini. Banyak orang menganggap Tiki Taka adalah penyempurnaan dari Total Football yang dikembangkan oleh Rinus Michel dengan aktor utama Johan Cruyff sebagai eksekutornya. Tak berlebihan memang jika Total Football dianggap sebagai sumber inspirasi bagi Tiki Taka, mengingat sang kreator yang membawa keBarcelona adalah Johan Cruyff, walaupun menemukan masa keemasannya ditangan Pep Guardiola dan Del Bosque.

Tak berlebihan jika Tiki Taka dianggap sebagai penyempurnaan Total Football, pertama keduanya sama – sama menghibur dengan menampilkan wajah sepakbola atraktif nan menyerang. Kedua Tiki Taka menyempurnakan Total Football dari segi prestasi dan piala. Sebagaimana kita ketahui bersama, Total Football walaupun sedemikian menarik, menghibur dan legendaris tapi nyatanya tidak berbanding lurus dengan prestasi, yang hanya mampu membawa Belanda meraih runner up piala dunia 1974 dan 1978, sehingga menasbihkan Belanda sebagai “Juara tanpa Mahkota”.

Berbeda dengan Total Football, kehadiran Tiki Taka mampu memperbaiki kekurangannya dalam soal prestasi, bahkan teramat superior mungkin untuk sebuah taktik bermain sepakbola, apalagi nyaris hanya diusung oleh 2 tim saja, yaitu Barcelona dan Spanyol. 14 piala bersama Barcelona dan 3 piala mayor bersama Spanyol tentu bukan prestasi biasa saja bahkan bisa dikatakan superior untuk sebuah taktik sepakbola, apalagi dibarengi dengan catatan fantastis : teramat sering pesta gol dan amat dominan dalam penguasaan bola nyaris disemua pertandingan yang memakai taktik tiki taka, sebuah catatan rekor yang fantastis tentunya.

Namun apakah Tiki Taka memang telah mencapai tingkat sempurna? Untuk menjawabnya mari kita analisa bersama. Secara prestasi mungkin tak ada taktik lain yang melebihi Tiki Taka jika dihitung rasio piala pertahunnya, apalagi jika dihitung rasio gol perpertandingan dan penguasaan bola, rasanya sudah dipastikan Tiki Takalah juaranya. Walaupun demikian menurut saya tetap saja tak ada Gading yang tak retak, tetap saja ada celah untuk menilai bahwa Tiki Taka saat ini masih belum sempurna, dan apakah ada kemungkinan untuk menjadi lebih sempurna. Menurut saya tetap ada, setidaknya untuk menjadi lebih baik daripada pencapaian Barcelona dan Spanyol saat ini.

Adalah langkah Barcelona diliga Champion Eropa beberapa musim terakhir dan langkah Spanyol dipiala konfederasi 2013 yang menjadi alasan saya kenapa Kepingan puzzle tiki taka menjadi belum sempurna. Dibeberapa diliga Champion terakhir Barcelona terlihat kesulitan mengalahkan lawan yang memperagakan negative football. Alih – alih menang, Barca justru sering kecelongan dimenit – menit akhir akibat terlalu asik menyerang. Sementara Spanyol dipiala Konfederasi 2013, walau terlihat masih dominan dalam penguasaan bola tapi kenyataannya amat kesulitan untuk membobol gawang lawan sehingga seringkali hanya menang tipis atau harus menang lewat adu pinalti. Bahkan akhirnya merasakan kekalahan telak menghadapi Brasil difinal walaupun banyak menciptakan peluang gol.

Peluang untuk lebih menyempurnakan Tiki Taka menurut saya adalah memang tuntutan dari kebutuhan Tiki Taka itu sendiri yang menuntut kesempurnaan taktik, individu berskill tinggi dan kekompakan tim yang sebenarnya sudah bisa dipenuhi oleh Barcelona dan Spanyol hingga mereka mampu bergelimang piala. Namun menurut saya prestasi Barcelona diliga Champion khususnya dan Spanyol masih bisa ditingkatkan jika mereka bisa mencari kepingan puzzle terakhirnya. Ada 2 posisi pemain yang menurut saya memegang kunci penyempurnaan Tiki Taka yang sayangnya apakah mungkin terlaksana pada perpaduan 2 pemain vital, Lionel Messi dan Iker Cassilas.

Andai ada Messi di Spanyol

Mungkin tak hanya 3 piala mayor FIFA yang akan bisa diraih oleh Spanyol, trophy piala konfederasi 2013 rasanya bisa jadi akan mudah diraih dengan adanya Lionell Messi ditimnas Spanyol. Kelemahan Spanyol saat ini memang terletak pada tak adanya striker yang haus gol dan konsisten bermain baik terutama dipertandingan – pertandingan menentukan seperti saat semifinal melawan Italia dan final melawan Brazil. Di Semifinal mereka masih beruntung diselamatkan adu tendangan pinalti, namun difinal rupanya keberuntungan itu menjauh dari timnas Spanyol.

Disemifinal dan final piala Konfederasi kita bisa melihat begitu banyak kreasi serangan dan peluang gol yang dibuat timnas Spanyol berakhir dengan kegagalan karena kurang tajamnya penyelesaian akhir. Tak hanya kali ini saja Spanyol kerap kesulitan membobol gawang lawan, bahkan Del Bosquepun sering kesulitan menentukan striker utama yang akan dimainkan. Alih – alih memainkan striker asli, Spanyol justru lebih sering menggunakan taktik False 9, alias striker palsu akibat ketidakpercayaan Del Bosque pada list striker timnas Spanyol pasca menurunnya kualitas David Villa.

Andai Messi ada ditimnas Spanyol, mungkin problem striker ini tak akan terjadi sekaligus menyempurnakan Tiki Taka ala Timnas Spanyol. Sebagai predator haus gol dan kemampuannya untuk menentukan hasil pertandingan tak berlebihan rasanya jika Lionel Messi adalah kepingan terakhir puzzle timnas Spanyol menuju kesempurnaan Tiki Taka, atau setidaknya menjadikan timnas Spanyol jauh lebih baik daripada saat ini.

Andai ada Casillas di Barcelona

Masalah yang sering dihadapi oleh Barcelona dalam beberapa musim terakhir, terutama diLiga Champion Eropa adalah rapuhnya lini belakang terutama posisi kiper yang dihuni oleh Victor Valdes. Alih – alih menjadi tumpuan terakhir ketika dalam posisi tertekan, Valdes justru malah seringkali melakukan blunder ataupun kalah dalam duel satu lawan satu. Akibat dari belum idealnya kipper inilah yang seringkali menjadikan Barcelona tak bisa selamat melewati masa – masa genting terutama ketika harus mampu membalikkan keadaan dan menghadapi lawan yang menggunakan pola negative football alias bertahan total ala parkir busnya Chelsea dan Inter Milan.

Ketika dalam kondisi kepepet harus mencetak gol dan menang, Barca seringkali harus total all out menyerang yang akibatnya melahirkan celah keropos dipertahanan. Jak jarang setelah keasikan menyerang dan tetap saja mengalami kebuntuan, Barca kerap dikalahkan oleh gol – gol telat via serangan balik dengan satu dua kali sentuhan dan long passing, yang mengakibatkan Valdes harus duel satu lawan satu dengan penyerang tim lawan dan kerap kalah menghadapinya.

Andai saja Iker Cassilas ada di Barcelona, rasanya Tiki Taka ala Barca juga akan makin sempurna. Kemampuan Casillas dalam duel satu lawan satu dan seringkali menjadi dewa penyelamat dalam menggagalkan tendangan pinalti lawan tentu amat membantu Barca dalam memberi ketenangan pemain ketika all out menyerang dan meminimalisasi terjadinya gol dari serangan balik lawan terutama dalam pertandingan – pertandingan yang sangat menentukan. Andai ada Casillas di Barcelona, mungkin Barca akan lebih banyak memenangkan Liga Champion Eropa yang bisa jadi menyamai atau bahkan melebihi capaian Madrid sebagai juara 5 kali berturut – turut dan tak perlu mengalami kekalahan dari Chelsea dan Inter Milan.

Bermimpi Messi bermain ditimnas Spanyol rasanya tak mungkin lagi karena Messi sudah memilih Argentina, demikian juga melihat Casillas bermain bersama Barca peluangnya juga kecil rasanya, apalagi pasca kepergian Mourinho dari Madrid. Jadi jika memang demikian adanya, mungkin memang sudah takdir kalau Tiki Taka hanya mampu menjadi taktik sepakbola terbaik sampai saat ini soal prestasi, tapi memang tak pernah akan menjadi sempurna, kecuali Barcelona dan Spanyol mampu menemukan kepingan terakhir pada sosok sekaliber Lionel Messi dan Iker Casillas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun