Mohon tunggu...
Wah Yudi
Wah Yudi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Warga Indonesia yang saat ini tinggal diJakarta dan bekerja di Industri Periklanan.\r\n\r\nFans AC Milan era the dream team, tapi juga penggemar permainan cantik nan indah ala Tiki Taka dan Total Football. Jadi suka bingung, mules bin pening jika AC Milan ketemu Barca seperti 4x di LC 2012 atau Belanda vs Spanyol di PD 2010 :D Tapi klub Nottingham Forest yang paling saya suka, cinta lingkungan gitu kesannya Hahaha :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Valentine, Antara Arab dan Barat

14 Februari 2015   07:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:12 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya saya masih ingat benar, banyak orang yang khususnya Muslim mengkritik Muslim lainnya yang dianggap sok kearab – araban karena ngobrol dengan orang lain atau sekomunitasnya dengan memakai beberapa istilah Bahasa arab seperti Ana, antum, ikhwan dan lain sebagainya. Alasan utama yang mereka kemukakan rata – rata karena Islam itu bukan arab, walau lahir, berkembang, berbahasa dan bernabikan orang arab. Bahkan saking gemesnya mereka sering berkata - kata kasar atau malah sampai memaki orang yang dianggap kearab - araban.

Bagi saya sendiri anggapan demikian tak sepenuhnya benar tapi juga tak sepenuhnya salah karena menurut saya untuk memahami dan mengamalkan Islam secara menyeluruh kadang memang harus seperti orang arab walau tak harus 100% menjadi seperti yang orang arab lakukan, misalnya cara berpakaian, pilihan Kurma sebagai tanaman berkebun yang tentu tak cocok dengan Indonesia atau pilihan Unta sebagai ternak utama.

Tapi sindiran tersebut menurut saya tak 100% benar juga, misal soal penggunaan beberapa kata atau kalimat arab dalam percakapan sehari – hari, wong menggunakan Bahasa Inggris saja gak masalah karena memang telah disepakati sebagai Bahasa internasional apalagi Bahasa arab sebagai Bahasa kitab suci yang diyakini sebagai panduan semua urusan didunia dan akherat. Bukankah justru lebih bagus kalau seorang muslim faham berbahasa arab dan cara melatihnya ya salah satunya dipakai dalam percakapan sehari – hari, karena bisa berbahasa arab tentu lebih menguntungkan untuk memahami Al Qur’an sesuai dengan bahasa aslinya.

Hal ini tentu tepat karena kadang kita tak bisa menemukan padanan kata tepat ketika diterjemahkan dalam bahasa lain. Misal dalam Bahasa jawa, ada kata “kunduran” yang mungkin susah dicari padanan kata dalam Bahasa Indonesia kecuali dijelaskan dalam kalimat “tertabrak akibat kendaraan yang berjalan mundur”, pun demikian juga menyangkut soal terjemahan bahasa arab dan Indonesia pasti ada beberapa kata yang susah dicari padanan katanya.

Pun demikian kalau ada seorang muslim yang mencontoh orang arab karena mau mengikuti sunnah nabi yang kebetulan orang arab dengan motivasi ibadah misal cara makan, berpakaian ataupun tindakan lainnya yang mungkin tidak biasa dilakukan diIndonesia menurut saya sih sah – sah saja dan gak perlu dijadikan polemik sepanjang tidak menghina atau memaksa orang yang tidak melakukannya, toh apa yang dilakukan mereka masih ada hubungannya yaitu niat ibadah atau setidaknya hubungan agama dengan orang arab.

Valentine dengan Indonesia

Nah kadang yang membuat saya tak habis mengerti itu pada orang – orang yang mengkritik muslim karena dianggap terlalu kearab – araban padahal dia juga seorang muslim tapi justru menelan mentah – mentah dan mempraktekkan apa yang berasal dari barat walaupun tak ada hubungan apapun dengan negara asal kebudayaan tersebut dan tak ada akar budaya pula di Indonesia. Misalnya mereka yang mengkritik sok kearab – araban ternyata malah pengadopsi Valentine yang tidak ada hubungan sama sekali dengan akar agama ataupun budaya Indonesia.

Bahkan karena tak ada hubungannya dengan akar agama dan budaya Indonesia maka tak aneh kalau MUI sampai melarang perayaan Valentine bagi umat islam karena selain bukan tradisi bangsa Indonesiadan berpotensi melanggar norma agama dan susila apalagi kalau dilakukan secara mencontek dinegara asalnya. Dan tanda – tanda ini sudah mulai muncul di Indonesia dengan adanya promosi Coklat berhadiah kondom ataupun diskon hotel untuk pasangan, baik menikah atau tidak menyambut perayaan Valentine.

Jadi kalau ada muslim yang termasuk pengkritik muslim yang sok kearab – araban padahal mungkin motivasinya ibadah atau setidaknya ada akar hubungan agama tapi disisi lain mengadopsi budaya barat semacam Valentine yang tak ada hubungan akar budaya maupun agama maka seharusnya malu karena ternyata lebih buruk dan lebih tidak jelas dibanding yang dikritiknya karena menjadi kebarat - baratan tanpa sebab yang jelas.

Jakarta - 14 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun