Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki kemampuan tertentu untuk  menghadapi objek-objek yang ada di sekitarnya. Kemempuan ini terbilang masih sangat sederhana, yaitu dalam kemampuan dalam sensor motoric. Di dalam pemahamanan mengenai anak-anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi. Dengan kemampuan inilah balita atau bayi akan berusaha mengeksplorasi lingkungannya dan menjadikan dasar bagi pengetahuan tentang dunia yang akan dia peroleh kemudian, serta akan berubah menjadi kemampuan kemampuan yang lebih maju dan rumit. Kemampuan-kemampuan ini disebut Piaget dengan skema.
Sebagai contoh, seorang anak tahu bagaimana cara memegang mainannya dan membawa mainan itu ke mulutnya. Dia dengan mudah membawakan skema ini. Lalu ketika dia bertemu dengan benda lain katakanlah jam tangan ayahnyadia dengan mudah dapat menerapkan skema "ambil dan bawa ke mulut" terhadap benda lain tersebut. Peristiwa ini menurut Jean Piaget disebut dengan istilah asimilasi, yakni pengasimilasian objek baru kepada skema lain.
Ketika anak tadi berjumpa lagi dengan benda lain, misalnya terhadap sebuah bola, dia tetap akan menerapkan skema "ambil dan bawa ke mulut". Tentu skema ini tidak akan berlangsung dengan baik dan lancar, karena bendanya sudah jauh berbeda. Oleh karena itu, skema pun harus menyesuaikan diri atau kondisional  dengan objek yang baru. Peristiwa ini disebut dengan akomodasi, yakni pengakomodasian skema lama terhadap objek baru. Asimilasi dan akomodasi adalah dua bentuk adaptasi, istilah Piaget yang kita sebut dengan pembelajaran. Cara kerja asimilasi dan akomodasi bertugas menyeimbangkan struktur pikiran dengan lingkungan, menciptakan porsi yang sama di antara keduanya. Jika keseimbangan ini terjadi, maka tercapailah suatu keadaan atau peristiwa ideal atau disebut equiblirium. Dalam penelitiannya pada anak-anak, Piaget mencatat adanya periode di mana asimilasi lebih dominan, atau akomodasi yang lebih dominan, dan di mana keduanya mengalami keseimbangan.
Melalui Observasinya Jean Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan. Masing-masing tahapan berhubungan langsung dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju, kualitas kemajuannya berbeda-beda. Tahap-tahap perkembangan kognitif manusia tersebut adalah tahap sensori motorik (usia 0--2 tahun), tahap pra-opersional (usia 2--7 tahun), tahap opersional konkrit (usia 7--11 tahun) dan tahap opersional formal (usia 11--15 tahun). Tahap opersional konkret, dimulai umur tujuh tahun sampai sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas objek. Pada level tahap operasional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya mereka bisa lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini. Yang penting dalam kemampuan tahap operasional konkret adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda-beda dan memahami hubungnnya.
Pandangan teori perkembangan kognitif mempunyai pengaruh besar untuk memahami bagaimana anak memperoleh dan menggunakan pengetahuan. Karya Jean Piaget telah memperluas pemahaman kita mengenai bagaimana kognitif berkembang, hal ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki tahap pemahaman yang berbeda pada usia yang berbeda pula. Pengetahuan anak terbentuk dan tercipta secara berangsur sejalan dengan pengalaman yang berkesinambungan dan bertambah luasnya pemahaman tentang informasi-informasi yang ditemui. Anak memiliki urutan dalam tahap perkembangan kognitifnya, dan pada setiap tahap, baik kuantitas informasi maupun kualitas kemampuannya menunjukkan peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Muhinnin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya, hal. 41.
Mulayani Sumantri. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka, h. 3.
JP. Chaplin.(2006). Â Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, h. 65.
William Crain. (2007). Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, h. 168.