Apel sudah siap dipetik nona. Seperti yang seharusnya, panen raya masih menjadi takdir kita.
Sms dari sam. Aku menyeruput kopiku pelan. Keberuntungan yang layak diwaspadai.
Kapan anda kembali?.
Lagi--sms dari sam. Kapan? Aku bisa bekerja dimanapun aku mau. Kenapa dia harus peduli kapan aku kembali?.
"Nyonya?" seorang perawat menegurku pelan, aku menoleh--dalam diam. " dr.kim menunggu anda di ruangannya."
--
Aku masih berdiri tegak. Menatap nanar dari balik kaca. Sudah dua tahu sejak kecelakaan naas itu terjadi, dan dia masih nyenyak dalam tidurnya.
"Usahamu sudah lebih dari cukup," kembali terngiang ucapan dr. Kim, "aku tahu perasaanmu, tapi pikirkan juga kebaikaannya."
Aku menghela nafas panjang. Harusnya melepas selang-selang itu bukan hal yang sulit. Bahkan jauh lebih mudah dari apa yang kujalani sekarang. Bagaimanapun juga, bagi mereka, keluarga dan kolega yang tak pernah benar-benar peduli, dia sudah mati sejak dua tahun lalu. Perusahan sekuritas yang dibangunnya bersamaku tujuh tahun lalu juga berjalan baik. Lebih baik sejak ia tak lagi ikut campur keuangan perusahaan dan mengamburkannya dengan banyak perempuan jalang. Jadi, tidak ada alasan berharap lebih padanya.
"Semakin lama, kau akan semakin sulit menerimanya" dr.kim masih membujukku, "Kau hanya membuatnya terlihat menyedihkan"
"Apa anda takut aku tidak lagi mampu membayar biaya pengobatannya?" tanyaku cepat, "Anda tidak perlu khawatir dokter, kalau perlu saya akan melakukan deposito."