Kelopak mata Daeng Abu memang terlihat putih berkabut. Penyelaman itu kemungkinan menyebabkan iritasi yang cukup besar.
Daeng Abu bukannya tak pernah berupaya untuk berobat. Ia bahkan pernah mendapat sokongan berobat mata dari Polda Sulsel, hanya saja dokter spesialis yang sedianya akan membantu sudah tidak bekerja di Makassar lagi, sehingga kemudian Daeng Abu mengikhlaskan harapannya untuk bisa melihat lagi menjadi pupus.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari kebutuhan makanan selain dari anaknya, yang rutin datang ke pulau, juga berasal dari Pemda Pangkep, berupa gaji per bulan sebesar Rp 450 ribu, yang diterima per tiga bulan.
Mereka juga kerapkali mendapatkan sokongan dari tamu yang berkunjung ke pulau tersebut, baik berupa bahan makanan ataupun uang tunai. Apalagi lagi beberapa bulan terakhir ini cukup banyak pengunjung yang datang, umumnya anak-anak sekolah atau mahasiswa yang sedang bakti sosial ataupun penelitian.
Ketenaran Pulau Cangke baru-baru ini saja seiring munculnya sejumlah artikel dari sejumlah media ataupun blogger yang pernah berkunjung ke pulau ini. Sejumlah blogger bahkan menamai pulau ini dengan nama Pulau Cangke, merujuk pada kisah Daeng Abu dan istrinya. Kisah inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pulau ini bagi para wisatawan.
Menurut Solotang, keberadaan Daeng Abu dan istrinya selama ini memang sangat membantu menjaga kelestarian penyu di pulau tersebut. Apalagi selama ini Daeng Abu dulunya juga merupakan warga pengumpul telur penyu untuk konsumsi sehari-hari.
Sayangnya, meski menjadi kawasan konservasi dan potensial untuk tempat wisata, namun pengelolaan pulau ini sepertinya kurang mendapat perhatian pemerintah. Meski telah ada bantuan berupa bangunan gazebo dan kolam-kolam penangkaran, namun tak ada pengelolaan secara berkelanjutan.
Menurut Solotang, sejak Kapolres Hidayat dimutasi ke daerah lain, perhatian terhadap tempat ini mulai berkurang. Meskipun tetap ada upaya perawatan dan pengawasan namun sangat terbatas karena tak adanya penganggaran khusus untuk pengelolaan.
"Kita tetap jaga tempat ini, setiap tiga bulan tetap wajib bikin laporan ke Polda tentang perkembangan penyu dan tukik, cuma sekarang kita terbatas. Kalau nantinya akan ada bantuan, bisa berupa speed boat dan bahan bakar. Termasuk kebutuhan operasional lainnya."
Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota kabupaten membutuhkan bahan bakar yang cukup besar sekali berkunjung ke pulau tersebut. Selama ini kebutuhan bahan bakar masih ditunjang dari operasional operasi rutin Polair, sehingga kunjungan ke pulau tersebut masih tergantung pada jadwal patroli.Â
Terkait dengan semakin tingginya aktivitas kunjungan ke pulau ini, Solotang tak mempermasalahkan, asalkan pengunjung bisa menjaga kebersihan dan tidak melakukan vandalisme dan pengrusakan terumbu karang.