Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Petambak di Pulau Lakkang: Hasil Tambak Melimpah, Sekolah Anak Lancar

11 Agustus 2016   15:38 Diperbarui: 12 Agustus 2016   11:30 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdul Haris, Ketua Kelompok Bonto Perak 1 menunjukkan ikan bandeng hasil tambaknya (Foto: Wahyu Chandra)

SEPERTI halnya Nurbaya dan Tahir, Harifuddin (43) dengan bangga bercerita kalau salah seorang anaknya kini kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar. Seorang lagi langsung bekerja setamat dari SMA.

“Alhamdulillah dari dari hasil tambak yang berhasil beberapa tahun ini kami bisa menguliahkan anak,” ujarnya.

Terhadap tambaknya yang seluas 70 are, dari bantuan Program CCD IFAD ia gunakan untuk membeli bibit dan pupuk.

Harifuddin termasuk petambak yang tidak mau meminjam dari tengkulak. Daripada meminjam dari tengkulak ia lebih memilih bekerja sebagai sopir perahu, menyeberangkan orang masuk dan keluar dari Pulau Lakkang. Pekerjaan sebagai sopir perahu ini dilakoninya hanya 3 kali dalam seminggu karena harus berbagai rute dengan sopir pengangkut lainnya. Dari pekerjaan ini ia bisa memperoleh penghasilan Rp 100 ribu per hari.

Usaha tambak dan pekerjaannya sebagai sopir kini menjadi tumpuan hidup keluarga mereka, karena pekerjaan sebagai nelayan sudah tidak menjanjikan lagi.

“Saya bawa perahu sudah 8 tahun. Dulu saya nelayan tangkap. Saya berhenti karena kondisi air sungai yang tercemari. Banyak nelayan sekarang yang menganggur, makanya banyak yang mencari kerjaan lain atau fokus urus tambak mereka saja.”

Dari tambaknya ia bisa memperoleh hasil udang hingga 100 Kg, meningkat dari sebelum adanya Program CCD IFAD yang hanya sekitar 70 Kg. Peningkatan hasil itu karena Harifuddin menambah sebaran bibit dari hanya 10 ribu bibit menjadi 14 ribu.

“Manfaat itulah yang saya dapatkan sejak adanya IFAD. Apalagi kita tidak hanya dikasih bantuan bibit dan pupuk tetapi juga ada pelatihan tentang cara pemeliharaan tambak. Semua anggota sudah dilatih, kadang di pulau tapi kadang juga di luar. Pelatihan yang paling bermanfaat adalah tentang tata cara pemeliharaan dan cara penebaran bibit.”

Harifuddin juga menyadari manfaat menabung daim program ini.

“Kalau dulu hasil panen tak bertahan lama langsung habis, sekarang sebagian hasil panennya biasa ditabung, untuk keperluan tambak periode berikutnya dan membiayai sekolah anak-anak.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun