Apakah anda mengenal Luiz Ignacio Lula da Silva? atau Cristina Fernandez? atau Silvio Berlusconi?? Mungkin sebagian besar dari kita akan menggeleng.
Tapi ketika kita ditanya tentang nama Kaka, Luis Fabiano ataupun Robinho. atau juga Lionel Andrés Messi ataupun Cannavaro, maka mungkin tak satu pun dari kita yang tak mengenalnya. Ketika mereka beraksi di lapangan hijau serasa mereka adalah bagian dari kita. Kita mungkin hanya tahu nama negaranya namun tak tahu sedikit pun tentang negara asal pesepakbola tersebut, dalam hal siapa pemimpinnya, di belahan dunia mana ia berada dan sebagainya. Kita tak tahu kalau Luiz Ignacio Lula da Silva adalah Presiden Brazil, atau Cristina Fernandez sebagai presiden Argentina dan Silvio Berlusconi sebagai Perdana Menteri Italia yang flamboyan.
Seorang teman menangis tersedu-sedu ketika tim kesenangannya Jerman kalah oleh Serbia dan rela mentraktir setelah Jerman membantai Inggris di babak perdelapan final. Apa kamu punya keluarga di tim Jerman?? tanya saya bercanda. Dan ia hanya tersenyum penuh kepuasan. Dengan apa kita menjelaskan semua ini?
Itulah nasionalisme bola. Bola seakan telah menjadi entitas yang tak terpisahkan dari kehidupan kita, menjadi denyut nadi kita dan mungkin telah menjadi agama baru dengan Pele dan Maradona sebagai rasulnya. Betapa bola menjadi pemersatu berbagai suku bangsa yang tak saling kenal satu sama lain.
Anehnya, rumus ini tidak begitu berlaku bagi persepakbolaan di Indonesia. Yang ada, sepakbola hanya menjadi sumber konflik, ajang perkelahian antarpendukung, bahkan pemain sangat sering bertarung di lapangan bola buka dengan kaki, namun dengan menggunakan kepalan tangan mereka. bagaimana kita menjelaskan hal ini??
salam kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H