Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Bola

29 Juni 2010   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah anda mengenal Luiz Ignacio Lula da Silva? atau Cristina Fernandez? atau Silvio Berlusconi?? Mungkin sebagian besar dari kita akan menggeleng.

Tapi ketika kita ditanya tentang nama Kaka, Luis Fabiano ataupun Robinho. atau juga Lionel Andrés Messi ataupun Cannavaro, maka mungkin tak satu pun dari kita yang tak mengenalnya. Ketika mereka beraksi di lapangan hijau serasa mereka adalah bagian dari kita. Kita mungkin hanya tahu nama negaranya namun tak tahu sedikit pun tentang negara asal pesepakbola tersebut, dalam hal siapa pemimpinnya, di belahan dunia mana ia berada dan sebagainya. Kita tak tahu kalau Luiz Ignacio Lula da Silva adalah Presiden Brazil, atau Cristina Fernandez sebagai presiden Argentina dan Silvio Berlusconi sebagai Perdana Menteri Italia yang flamboyan.

Seorang teman menangis tersedu-sedu ketika tim kesenangannya Jerman kalah oleh Serbia dan rela mentraktir setelah Jerman membantai Inggris di babak perdelapan final. Apa kamu punya keluarga di tim Jerman?? tanya saya bercanda. Dan ia hanya tersenyum penuh kepuasan. Dengan apa kita menjelaskan semua ini?

Itulah nasionalisme bola. Bola seakan telah menjadi entitas yang tak terpisahkan dari kehidupan kita, menjadi denyut nadi kita dan mungkin telah menjadi agama baru dengan Pele dan Maradona sebagai rasulnya. Betapa bola menjadi pemersatu berbagai suku bangsa yang tak saling kenal satu sama lain.

Anehnya, rumus ini tidak begitu berlaku bagi persepakbolaan di Indonesia. Yang ada, sepakbola hanya menjadi sumber konflik, ajang perkelahian antarpendukung, bahkan pemain sangat sering bertarung di lapangan bola buka dengan kaki, namun dengan menggunakan kepalan tangan mereka. bagaimana kita menjelaskan hal ini??

salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun