Selama masa pandemi Covid 19 banyak perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat. Pembatasan sosial secara merata diberlakukan hampir di setiap wilayah.Â
Menyalurkan hobi adalah salah satu cara untuk mengurangi stres dan kebosanan rutinitas dikala pandemi.
Banyak sekali pilihan hobi yang dapat kita lakukan, salah satunya yaitu bercocok tanam sayuran. Hobi ini dapat mendatangkan banyak keuntungan. Selain dikonsumsi sendiri, sayuran hasil bercocok tanam juga dapat dijual.
Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam yang sedang terkenal saat ini karena bahannya mudah didapatkan dan bisa menggunakan lahan terbatas.Â
Secara entimologi, hidroponik berasal dari Bahasa Yunani hydro (air) dan ponos (daya). Secara sederhana hidroponik adalah cara bercocok tanam dengan memanfaatkan air tanpa media tanah.Â
Media tanam yang digunakan dapat diganti dengan pasir, arang sekam, rockwool, kerikil, air dan nutrisi tambahan.
Keunggulan hidroponik yaitu media yang digunakan bukan tanah, sehingga sayuran yang dihasilkan lebih bersih, tidak menggunakan pestisida, dan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran yang ditanam di media tanah.
Ada beberapa sistem yang digunakan dalam bercocok tanam secara hidroponik yaitu Wick System (system sumbu), Water Culture (kultur air/rakit apung ), Ebb And Flow ( pasang surut), Drips System (irigasi tetes), NFT (Nutrient Film Technic), Aeroponik, terakhir yaitu DFT ( Deep Flow Technic).
Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas hidroponik sistem DFT (Deep Flow Technic ).Â
Sistem DFT dapat dibuat sesuai ruang/lahan yang tersedia di rumah. Sistem ini menggunakan teknik sirkulasi air melalui pipa dan menyisakan air menggenang pada sistem.Â
Tinggi genangan antara 2-5 cm tergantung ukuran pipa/media yang digunakan. Ukuran pipa yang digunakan biasanya antara 2,5 inch hingga 4 inch.
Alat yang dibutuhkan yaitu media tanam, netpot, pompa akuarium, ember atau wadah air dan pipa PVC.
Langkah Kerja:
1. PembibitanÂ
Pembibitan yang baik dan benar akan menentukan pertumbuhan tanaman. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu rockwool sebagai media tanam, cutter serta benih.Â
Potong rockwool berbentuk dadu lalu basahi dengan air. Lubangi permukaan rockwool lalu masukkan benih.Â
Setelah benih nampak tumbuh sekitar2-3 hari, segera letakkan benih pada tempat yang terkena sinar matahari langsung.
2. Pindah Tanam
Pemindahan bibit dapat dilakukan pada saat akar sudah cukup atau sudah tumbuh 4 sampai 6 helai daun. Masukkan bibit beserta rockwool ke dalam netpot.
3. Pemupukan
Setiap jenis tanaman memerlukan jumlah nutrisi yang berbeda, oleh karena itu harus diperhatikan dosis yang dipergunakan.Â
Pemberian nutrisi/pupuk dilakukan dengan mencampurkannya pada air yang disirkulasikan.
4. Panen dan Penjualan
Masa panen setiap tanaman berbeda-beda tergantung jenis sayuran yang di tanam. Memasarkan sayuran hidroponik kerap dikeluhkan oleh pemula, karena harga sayuran ini memang di atas rata-rata sayuran konvensional yang biasa dijual di pasar tradisional. Â
Namun sebenarnya menjual sayuran ini cukup mudah, yaitu bisa dipromosikan melalui media sosial.Â
Promosi dapat dilakukan antara 4-6 hari sebelum panen. Sesuaikan permintaan dan stok yang ada saat panen.Â
Sistem COD maupun kirim antar lewat aplikasi transportasi online bisa menjadi pilihan praktis saat ini. Selain itu, bergabung di komunitas petani hidroponik adalah cara mendapat informasi harga pasar, stok panen, dan membantu pemasaran.
Apakah Anda tertarik bercocok tanam dengan hidroponik?Â
Mari kita mulai memanam sayur mandiri dengan hidroponik di sekitar rumah dan mendapatkan tambahan penghasilan dari sayuran yang kita tanam sendiri.Â
Selamat berhidroponik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H