Jadi, dapat disimpulkan penyebaran hoaks dan informasi palsu semakin mudah dan cepat dalam era digital yang kaya informasi. Hal ini menimbulkan tantangan serius bagi masyarakat dalam membedakan antara fakta dan hoaks, mengingat rendahnya kemampuan membaca kritis dan literasi informasi di Indonesia. Budaya membaca kritis menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini, yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal serta peran bimbingan dan konseling. Langkah-langkah seperti pelatihan bagi guru, penyelenggaraan program-program pelatihan, kampanye sosialisasi, dan pengembangan gerakan seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dapat membantu meningkatkan budaya membaca kritis. Selain itu, solusi lainnya mencakup penggandengan media massa, penyusunan materi pembelajaran, serta sosialisasi kepada orang tua. Dengan demikian, peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan budaya membaca kritis menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan penyebaran hoaks di era digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H