Mohon tunggu...
Wahyu Asri Nur Tri Via Sari
Wahyu Asri Nur Tri Via Sari Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa/Bimbingan dan Konseling/Fakultas Ilmu Pendidikan/Universitas Negeri Surabaya

hobi bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

12 Desember 2023   16:22 Diperbarui: 12 Desember 2023   16:39 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kurikulum adalah suatu sistem atau seperangkat rencana mengenai program pendidikan yang diberikan Lembaga pendidikan, yang berisikan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merdeka merupakan program pendidikan yang diusulkan oleh Kemendikbudristek dan baru -- baru ini diimplementasikan. Kurikulum merdeka berawal dari kurikulum darurat yang digunakan dalam pembelajaran selama COVID-19. Kemudian kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022 mulai diberlakukan meskipun masih dalam tahap uji coba hingga dua tahun kedepan.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka dinilai lebih sederhana dan mendalam dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum Merdeka mengatur untuk berfokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi dengan proses pembelajaran yang diharapkan menjadi lebih bermakna dan mendalam.

Kurikulum Merdeka memiliki keunggulan sesuai dengan namanya yaitu lebih merdeka. Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan pada peserta didik dalam jenjang SMA untuk bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga sudah ditiadakan program peminatan di SMA. Sekolah dan guru juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik. Selain itu Kurikulum Merdeka memberikan inovasi baru yang berbeda dari kurikulum sebelumnya, yaitu adanya program P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. P5 adalah pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran yang berbasis pada projek. P5 diharapkan dapat membantu guru menumbuhkan kapasitas dan membangun karakter siswa.

Namun apakah yang terjadi dalam implementasinya? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan? Dalam fakta lapangan terdapat beberapa hal yang membuat kurikulum merdeka terkesan menjadi tidak merdeka. Terdapat beberapa kekhawatiran terkait pelaksanaan kurikulum merdeka ini. Yang pertama, adanya program pembelajaran berbasis project atau P5 memunculkan kekhawatiran terhadap guru. Khawatir guru akan mengkotak pola pikirnya dengan menganggap hanya mata pelajaran tertentu saja yang membutuhkan project base learning dan mata pelajaran lainnya dianggap sama pendekatannya. Selain dari itu, penerapan kurikulum merdeka dinilai masih kurang siap.

Kurangnya persiapan untuk guru dalam menyambut pelaksanaan kurikulum merdeka. Karena dalam kurikulum merdeka guru harus mengubah pendekatan dan metode pengajaran mereka yang menyesuaikan dengan kurikulum merdeka. Banyak guru yang merasa tidak terbiasa dan merasa asing karena mereka telah terbiasa dengan metode mengajar tradisional. Kurangnya pelatihan yang memadai terhadap guru yang membuat pengimplementasian kurikulum merdeka kurang efektif.

Kemudian keterbatasan akses dan teknologi, terutama pada daerah yang masih tertinggal. Hal tersebut membuat adanya ketimpangan yang cukup besar. Dalam kurikulum merdeka belajar mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran, sedangkan di Indonesia ketimpangan akses terhadap teknologi masih terjadi. Sekolah yang berada di daerah terpencil atau daerah yang masih tertinggal tidak memiliki akses yang memadai terhadap perkembangan teknologi saat ini, harusnya hal tersebut menjadi pertimbangan sebelum mengimplementasikan kurikulum merdeka.

Hal tersebut akan memunculkan ketimpangan baru, yakni ketimpangan pendidikan antara daerah kota dengan daerah yang masih tertinggal. Jika dibandingkan daerah kota bisa dengan mudah mengakses teknologi, seperti internet dan teknologi canggih lainnya, sedangkan pada daerah yang tertinggal askses internet saja susah. Peserta didik di daerah yang tertiggal kemungkinan tidak dapat mengakses sumber belajar digital yang sama dengan siswa daerah perkotaan, hal tersebut lah yang menyebabkan munculnya kesenjangan dalam kesempatan pendidikan.

Apalagi dalam kurikulum merdeka ini satuan pendidikan dibebaskan untuk mengelola sendiri pengajarannya yang dapat disesuaikan dengan peserta didik namun hal tersebut juga dapat menimbulkan kesenjangan. Sekolah yang sudah maju akan terus mengelola dan memanfaatkan teknologi yang dapat diakses dengan mudah, sedangkan sekolah yang tertinggal akan kesulitan berkembang karena susahnya akses. Hal tersebut berdampak pada sekolah yang maju akan semakin maju, dan sekolah yang tertinggal semakin susah untuk mengejar.

Dengan muculnya kurikulum baru siswa dan guru harus beradaptasi lagi. Hal tersebut dapat menimbulkan efek negatif bagi peserta didik. Beberapa peserta didik menurun prestasi belajarnya, karena kegagalam atau ketidakmampuan siswa dalam beradaptasi dengan sistem pembelajaran dalam kurikulum baru.

Selain berdampak pada peserta didik, kurikulum merdeka juga berdampak pada guru. Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan atau keluasan pada guru untuk dapat menentukan metode pengajarannya sendiri. Namun hal tersebut juga dapat menjadi boomerang bagi guru. Banyak guru yang kesulitan untuk menyesuaikan dengan kurikulum merdeka. Guru tidak memiliki pengalaman terkait konsep dari kurikulum merdeka sendiri. Adanya keterbasan referensi sehingga mengakibatkan guru kesulitan untuk mendapatkan rujukan desain dalam mengimplementasikan merdeka belajar. Masih banyak ditemui guru yang menggunakan metode lama dalam pengajarannya, yaitu dengan menggunakan metode ceramah atau penugasan sehingga pembelajaran terkesan monoton.

Guru dituntut untuk keluar dari pengajaran metode lama dan lebih berinovasi agar tujuan kurikulum merdeka dapat tercapai dengan baik. Namun guru kesulitan dalam menyusun pembelajaran yang sesuai akibatnya teknik pembelajaran yang dipakai tidak sesuai dengan keadaan dan beberapa guru kurang memanfaatkan media pembelajaran sehingga lagi-lagi pembelajarannya monoton. Guru harus membiasakan dalam penggunaan teknologi, karena dalam konten pembelajaran akan banyak menggunakan projek based learning yang memanfaatkan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun