Pandemi Covid 19 yang melanda dunia saat ini telah mengubah banyak hal. Tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Dampak dari masuknya covid 19 ke Indonesia yaitu terganggunya proses belajar mengajar yang ada dilingkungan sekolah baik itu sekolah formal atau non formal sehingga pemerintah secara mendadak meliburkan atau memindahkan proses pembelajaran disekolah menjadi dirumah melalui pembelajaran daring ataupun luring.
Peserta didik dan guru terpaksa melakukan pembelajaran secara jarak jauh melalui jaringan internet (daring). Padahal seharusnya guru tetap harus mendidik bukan sekedar mengajar yang nota bene mendidik itu seharusnya jarak dekat bukan jarak jauh. Peralihan cara pembelajaran seperti ini, tentu tak mudah dilakukan. Wabah covid 19 telah menuntut kita belajar beradaptasi menjalankan proses pembelajaran dengan cara dan kondisi yang benar-benar baru.
Namun pembelajaran bukan semata bertumpu pada teknologi, sebab pembelajaran pada hakikatnya lebih pada proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar. Meskipun e-learning bisa digunakan secara mandiri oleh siswa, namun eksistensi guru menjadi sangat berarti sebagai orang dewasa yang berfungsi memberi dukungan dan mendampingi siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, proses tatap muka menjadi hal yang penting dan tidak boleh ditinggalkan dalam pembelajaran. Sehingga dengan menggabungkan antara pembelajaran e-learning dan tatap muka maka memungkinkan tercapainya pembelajaran yang efektif. Penggabungan beberapa model pembelajaran inilah yang disebut dengan Blended learning.
Secara teknis pengembangan pembelajaran model blended learning, merupakan kombinasi model pembelajaran yang menggunakan beberapa model tatap muka yang dilakukan dalam konteks online dan offline.
Maka dalam penerapan blended learning, harus lebih mengedepankan proses pembelajaran yang menghadirkan solusi bagi peserta didik dengan menerapkan metodologi menggabungkan kegiatan kolaboratif dengan belajar mandiri.
Proses pembelajaran tatap muka disebut juga dengan masa pengenalan, dimana berlangsung proses pembelajaran tatap muka offline (bertemun secara langsung). Pada pengembangan pembelajaran blended learning dipakai hitungan dalam 1 semester ada 5 bulan efektif , maka masa tatap muka dilaksanakan dalam 2 hingga 3 minggu. Sisa 4 bulan 1 minggu peserta didik akan belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web dan ujian semester.
Dalam masa belajar mandiri (4 bulan 1 minggu), peserta didik akan berkumpul dan bertemu beberapa kali dengan guru di web atau bertemu langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan. Proses tatap muka ditujukan untuk memfasilitasi setiap permasalahan yang dihadapi peserta didik selama proses belajarnya.
Dalam pembelajaran berbasis web, bahan ajar yang digunakan salah satunya berupa modul dalam kemasan elektronik. Modul elektronik ini dikenal dengan istilah bahan ajar mandiri atau bahan ajar yang dikemas untuk peserta didik belajar mandiri. Selain materi, bahan ajar mandiri juga menyediakan latihan-latihan yang harus dikerjakan peserta didik untuk mengukur perkembangan belajarnya. Dalam pembelajaran blended, selain bahan ajar modul elektronik, dalam proses belajarnya peserta didik juga memanfaatkan bahan ajar berbasis web.
Pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan media/teknologi merupakan salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis web, diantaranya pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia. Pengemasan dilakukan secara digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web.
Penggunaaan teknologi web diperlukan dalam pembelajaran untuk melakukan tatap muka, penyimpanan file, diskusi, pemantauan dll. Dengan model pembelajaran web diharapkan porsi waktu masa belajar mandiri lebih banyak dibandingkan dengan tatap muka baik offline maupun online.
Dalam pembelajaran berbasis web, peserta didik tidak hanya mengakses modul elektronik, melainkan beberapa aktifitas yang dilakukan adalah: 1) Melakukan interaksi, melalu email, chat ataupun forum diskusi. Peserta didik dapat bertanya maupun mengajukan pendapat dengan dosen ataupun dengan teman/kelompoknya; 2) Mengerjakan tugas. Peserta didik akan diberikan beberapa tugas baik perorangan maupun kelompok; 3) Menjawab soal latihan. Di setiap topik akan disediakan beberapa soal latihan yang harus dijawab peserta didik. 4) Surfing the web. Untuk literature, images, video, etc.
Kemudian akan ada pertemuan dengan guru dalam masa pembelajaran berbasis web (selama 3 bulan 1 minggu). Pada pertemuan tersebut peserta didik dapat menyampaikan beberapa permasalahan selama proses belajar berbasis web, baik itu terkait bahan ajar ataupun permasalahan terkait dengan koneksi internet. Setelah peserta didik menyelesaikan masa belajar mandiri pada minggu terakhir dan di akhiri dengan ujian semester.
Satu yang penting, pembelajaran berbasis blended learning bertujuan untuk memfasilitasi terjadinya belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan memperhatikan karakteristik peserta didik dalam belajar. Pembelajaran juga dapat mendorong peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kontak face-to-face dalam mengembangkan pengetahuan. Lalu, persiapan dan tindak-lanjutnya dapat dilakukan secara offline dan online. Program belajar yang total online tidak dianjurkan untuk pembelajaran yang masih mempertimbangkan perlunya kontak tatap muka antara peserta didik dan pengajar.
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H