Candi Borobudur merupakan salah satu obyek wisata budaya yang tidak pernah sepi dari pengunjung, berdasarkan data statistik sebelum pandemi covid 19 wisatawan yang datang ke Candi Borobudur berjumlah 10.958 orang per harinya.Â
Candi umat Budha ini terletak di wilayah Kabupaten Magelang Jawa Tengah berada di tengah pegunungan yang menjulang tinggi dengan suasana udara yang sejuk dan segar dengan taman yang luas mengelilingi keindahan bangunan yang megah ini. Â
Candi Borobudur termasuk kuil atau tempat ibadah umat agama Budha terbesar di dunia yang didirikan pada masa kejayaan pemerintahan wangsa Syailendra sekitar abad ke 8.
Candi ini dibangun melalui beberapa tahapan dan membutuhkan waktu puluhan tahun hingga selesai, di dalam Candi Borobudur terdapat banyak stupa dan patung juga pahatan relief ada sekitar 2.672 relief tersebar di candi berukuran 123 x 123 meter tersebut.
Bangunan candi Borobudur merupakan sarana ibadah dan berdoa umat Budha  untuk memanjatkan puja bakti dan rasa syukur kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta, dan tempat ini juga bisa digunakan sebagai ungkapan nyata dan rasa hormat yang mendalam kepada leluhur  akan kesadaran terhadap kebesaran agama.
Saat ini sedang viral di media sosial dan media massa berkaitan dengan maraknya pemberitaan tentang kenaikan tiket naik ke Candi Borobudur yang semula Rp.350.000 menjadi Rp.750.00 per orang untuk wisataman lokal sedangkan untuk wisatawan asing naik menjadi 100 dollar AS atau hampir 1,5 juta rupiah.
Khusus untuk pelajar dibandrol harga yang sangat murah yaitu Rp.5.000 / orang saja.
Sebagian masyarakat yang tidak faham tetang adanya issue tentang kenaikan  tarip wisata Candi Borobudur. Padahal harga tiket masuk ke kawasan candi tetap tidak ada kenaikan yaitu Rp.50.000.
Banyak pihak-pihak terkait mengajukan protes supaya Pemerintah mengkaji  ulang kenaikan tersebut dan ada beberapa wacana khusus daerah Jawa Tengah dan DIY akan mendapatkan prioritas yang pertama akan penurunan tiket tersebut.
Kalau kita cermati kebijakan ini sebenarnya mempunyai tujuan baik, yaitu untuk mengurangi beban candi Borobudur yang terancam kerusakan akibat banyaknya pengunjung yang naik ke candi. Kapasitas naik ke candi juga akan dibatasi hanya 1.200 orang saja per harinya sehingga kondisi candi sebagai cagar budaya tetap terjaga kelestariannya.
Berdasarkan kajian dari berbagai ahli yang memberikan masukan kepada pemerintah, kondisi situs bersejarah itu saat ini mulai mengalami pelapukan candi Borobudur berpotensi mengalami ancaman kerusakan dan kerentanan.Â
Berdasarkan penelitian pada tahun 2008-2009, keausan tangga batu diperkirakan terkikis 0,2 centimeter dengan pengunjung sektiar 2 juta per tahun, berarti kalau 10 tahun bisa terkikis 2 centimeter, padahal pengunjung kini sampai 4 juta per tahun sehingga keausan batu akan lebih cepat lagi.
Candi Borobudur adalah tempat wisata yang dibangun dari batu, namun Borobudur adalah tempat ibadah yang disucikan umat Budha. Di kawasan candi Borobudur banyak terdapat papan peringatan para wisatawan dilarang duduk maupun memanjat stupa-stupa tersebut.Â
Hal ini ditujukan sebagai rasa hormat kepada para pemeluk agama Budha dan penghargaan terhadap Candi Borobudur, juga sebagai bentuk pelestarian sebab batu-batu di sana sudah berumur ratusan tahun dan mudah rusak atau rentan terhadap gesekan.
Sangat disesalkan bilamana sampai saat ini banyak wisatawan yang tidak menghiraukan peringatan tersebut, lebih parahnya lagi mereka tidak pernah membaca peringatan tersebut.
Setiap daerah atau tempat wisata punya aturan dan etika ketika masuk ke dalamnya, misalnya berpakaian sopan atau tidak bicara kotor. Itu semua kembali ke destinasinya masing-masing. Sebagai tamu yang baik kita sepatutnya menjaga etika saat berkunjung ke tempat wisata dan  harus menyesuaikan dengan aturan yang berlaku.
Candi Borobudur bukan hanya milik umat agama Budha saja tetapi milik kita bersama dan juga milik semua bangsa di bumi ini dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco pada tahun 1991 sudah sepatutnya kita jaga dan kita pelihara kelestariannya untuk generasi yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H