Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ini Bukan Tentang Kapal Yang Bersinggah

26 Januari 2025   06:46 Diperbarui: 26 Januari 2025   06:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pada kenangan yang di romantisasi, biarkan lisan dan goresan menari dalam irama paling menenangkan, agar semua orang-orang yang punya tarian kenangan bisa menenang sepuas-puasnya"

Kau bisa sendiri sekarang. Setelah beberapa windu lalu kau katakan tak bisa apa-apa. Kau begitu bisa melangkah, tahu arah, dan tak pernah pun berkeluh kesah untuk kompas arah. Dan sekarang, kulihat itu dalam bentuk bahagiamu dengan versi terbaik yang kau rencanakan begitu indah. 

Kutemukan, banyak hal kenangan dalam kisah panjang tak karuan. Sembari menitip kejapan mata, menari dalam setiap kali ingatan menyapa. Disinilah, rasa sunyi untuk mengenang lama bisa berjalan sepuasnya. 

Iya, aku disini. Sebagai panglima kenangan untuk barperang melawan moment lama itu. Kau tahu kan betapa berat kisahmu harus kulupakan. Jika harus berani mengatakan, iya segala atas nama keluh kesah yang ingin di do'akan. Biarkan setiap singgah yang kudatangi untuk bisa kuceritakan tentang kisah lama yang tak ingin dijalani lagi. Ini tentang lama dan rindu bersemayam di tempat yang sama. Mencoba untuk mengusir setiap hadir, namun selalu saja gagal setiap kali melakukan. 

Jelas, dan kupastikan. Melupakan kisah itu adalah tindakan bodoh. Bahkan untuk pura-pura lupa menjadikanku seorang manusia yang benar-benar gila. Jadi jika semua itu tak bisa kulakukan saat ini, izinkan aku datang dalam singgah yang lain, duduk, bercerita, dan kukenang lama kisah itu selama-lamannya sampai tidak lagi tersisa penyesalan lain selain rasa lupa. 

Ini memang tidak mudah, namun kuizinkan langkah menyempatkan lirik paling indah di setiap singgah. Iya, tentang kesendirianku sembari duduk dalam kapal yang telah membusuk setelah berlabuh lama di Samudera. Kusemayamkan lisan dan tulisan dalam tempat itu, kupercayakan dunia kenangan pada setiap gelombang laut yang tenang itu. Dan kupercayai, sedikit seruput kopi sambilan menceritakan dengan goresan kisahmu di tempat kapal yang tak siap berlabuh itu, adalah cara sempurnaku mengenang kisah itu sepuas-puasnya. 

"Inilah aku, pewaris kenangan abadi tujuh keturunan. Duduk di kapal yang tak pernah siap berlabuh, dan bukanlah nahkoda baginya untuk siap dilepaskan di lautan lepas. Hanya saja aku dan kapal itu singgah bersama-sama, tidak menua. Namun sudah dilupakan saja"

Terima kasih untuk setiap lah dan singgah. Kupercayakan beberapa goresan kuletakkan atas namamu. Dengan sedikit berbelit-belit, bahwa tempat ini jadi alasanku untuk menari dalam kenangan yang mungkin tak bisa dilupakan. Kusajikan sesajen kopi untuk menghormati, dan kucuri beberapa tempatmu untuk kujadikan prasasti di sosial mediaku. Untuk sekedar meyakinkan masa depan saja, bahwa hari ini aku bersinggah ditempat yang penuh romantis sembari menitipkan keikhlasan dalam cerita goresan.

"Jadi kupastikan semua akan indah pada waktunya. Meski harus singgah di beberapa waktu dan tempat lagi. Tidak apa, aku sudah menyiapkan banyak waktu untuk bercerita tentang kisah random ini"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun