Ini sudah cukup jauh. Tempat yang begitu tidak hangat bagiku untuk mengeluh. Rasanya lelah, berada dalam perjalanan yang tak pernah sampai.Â
Namun untuk mengeluh saja, aku sungguh-sungguh engan melakukannya. Bukan karena apa?, aku hanya tahu, apa yang menyebalkan dalam perjalanan hidup ini bukan sesuatu yang akan mengabadi, tentu, ada waktu untuknya pergi, dan datang dengan versi yang lebih baru.Â
Sudah jauh, namun tak pernah sampai. Mengeluh, tentu bukan sesuatu yang berlarut-larut. Akan ada masa, dimana keluh kesah adalah sesuatu yang membahagiakan, tetapi bukan dengan sandaran seseorang, melainkan untuk diri sendiri yang tak pernah sampai.Â
Tentu, itu adalah sesuatu yang pasti, hidup tidak akan berjalan seindah yang di Film-film, jikapun ada masalah, bisa secepat selesai dengan beberapa jam, dan bahkan beberapa episode.Â
Namun, hidup adalah keabadian selagi bernafas, meski saja ada tantangan untuk hidup yang begitu padat dan pelit akan kebahagiaan ini. Kita tahu, bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan versinya, dan kitalah yang menulis, menentukan dan menjalankan semua yang saat ini di hadapan mata kita.Â
Kita tahu, tidak akan lancar sebagaimana rencana, namun begitulah hidup, kalau tidak ada tantangan, bukan kehidupan bermakna namannya.Â
Manusia, punya ruang toleransi untuk hidup mencari dan memaknai kehidupan. Selagi masih hidup punya diri sendiri, sadar dan paham. Maka pilihan sendiri dalam menjalani kehidupan adalah versi paling terbaik. Karena, kita bebas, kita menjadi manusia pemberani untuk melangkah, memutuskan dan beraksi dengan bijaksana.
Hidup adalah gerakan, selagi ada proses pergerakan. Maka itulah hidup, entah dari nafas, dengan langkah kaki, hingga pada gerakan apa yang telah dibuat untuk menjalankan kehidupan.Â
Hidup manusia dijalani dengan banyak model dan berisikan kisi-kisi misteri ruang kosong tanda tanya, menyatakan dan mengatakan siapa kita ketika berani bertanya dan menjalankan kehidupan ini dengan mandirinya.Â