PENGERTIAN ECOBODYISME
Secara sederhana, ecobodyisme adalah konsep dasar untuk kita semua secara subjek yang sadar akan diri, tubuh, dan alam hadir sebagai tempat yang tak pernah sama sekali terpisah. Kita yang utuh bersama tubuh dan alam tidak sedetikpun bisa untuk menjauh, sehingga tidak patut mengatakan kita harus kembali ke alam atau menjaga tubuh. Tidak ada istilah kita harus mengatakan kita menjaga alam supaya kita bisa menyatu dan saling menciptakan keharmonisan, padahal setiap kali manusia lahir atau baru adanya kehidupan, mereka sudah bagian dari alam. Tubuh kitapun seperti itu, kita tidak mungkin menciptakan imajinasi tentang aku berfikir, maka aku ada (cogito ergo sum) sebelum kita menampar diri kita, bahwa kita memiliki tubuh sejak awal sama halnya kita menyadari bahwa kita hidup menyatu dengak alam. Konsep ecobodyisme menjelaskan dunia yang kita kenali hari ini meliputi tiga variable penting yakni tubuh kita sendiri, alam tempat kita bertempat, serta kita Sebagai subjek yang hadir sebagai sintetis tubuh dan alam. Point subjek yang hadir inilah yang menunjukkan kekhasan dalam konsep ecobodyisme, bahwa ketika manusia sudah menyadari diri mereka sebagai subjek yang hadir, maka mereka tidak lagi mengusahakan diri menyatu dengan berbagai makna kolektif, tetapi mereka secara individu sudah sadar betul menyatu dengan alam dan tubuhnya tanpa melakukan Penyatuan.Â
Konsep ecobodyisme menerangkan bahwa manusia tidak pernah membuang diri mereka, sebab manusia sebagai subjek yang hadir memiliki tubuh dan wadah mereka adalah alam ini sendiri, mau tidak mau, suka tidak suka, dan ingin tidak ingin. Kita tetap tertanam disini dalam keutuhan tanpa Penyatuan, kehadiran tanpa dihadirkan, dan kita adalah satu tanpa pernah menyadari menyatukan diri.Â
Lebih lanjut, ecobodyisme adalah konsep kesadaran untuk memandang diri bahwa semua hal, apapun itu berada di dalam kebersamaan. Terlepas peran mereka seperti apa dan relasi seperti apa, semua itu berada pada intensitas tertentu, lalu melihat ruang kebersamaan yang mau tidak mau, dan sadar tidak sadar secara alamiah semua telah hadir dan sekaligus menyatu. Tegasnya konsep ecobodyisme ini menawarkan paradigma penegas bahwa kita sebagai manusia haruslah memahami dengan kesadaran individu bahwa kita semua menyatu dari diri dengan tubuh kita yang sama halnya kita menyadari hidup di alam ini dalam kesatuan tanpa kita secara sadar kehendaki.Â
KATA KUNCI ECOBODYISME
(kesadaran Diri dan Dikotomi Keutuhan)Â
Konsep ecobodyisme menunjukkan bahwa ketika ada yang lebih unggul dan merasa jauh lebih subjek itu hadir diperlihatkan dalam intensitas diri, sebut saja intensitas diri ini dalam sinonim kesadaran. Sehingga kunci utama dalam ecobodyisme adalah dua hal penting, yakni kesadaran diri sebagai cara Individu memaknai diri tentang tubuh dan alam dalam kesatuan yang tak bisa dirinya pernah lakukan Penyatuan, dan kunci kedua adalah dikotomi keutuhan yakni soal kita semua adalah  kelanjutan atas kesadaran diri terhadap keutuhan dan kesatuan yang tak bisa dihindari, namun kita memiliki ruang intensitas untuk maju dalam kemampuan kesadaran tersebut dalam pemaknaannya. Dikotomi mengartikan sejauh kesadaran individu itu ditangkap bahwa merka bisa membuat ruang dikotomi sejauh intensitas yang dilakukan, seperti bagaimana kita belajar untuk menjadi pintar, menunjukkan dikotomi bahwa pintar, bodoh maupun belajar, bodoh merupakan variabel yang berbeda dengan relasi yang saling menguatkan, padahal manusia tahu betul tidak ada totalitas belajar menjadi pintar dan tidak belajar menjadi bodoh, probabilitas hasil adalah bentuk dikotomi keutuhan yang pada akhirnya manusia menyadari mereka menciptakan intensitas untuk menuju sesuatu harapan, keinginan, namun keinginan ini adalah keutuhan yang mutlak tidak pernah kita ketahui akhirnya seperti apa.Â
Kesadaran diri dan dikotomi keutuhan dalam ecobodyisme dalam diberi contoh seperti ketika manusia menjaga alam dengan menanam pohon, maka harapan besarnya adalah alam akan berbuat baik ke kita semua. Kesadaran diri dalam konsep ecobodyisme ini menunjukkan rasa keutuhan dan kepedulian terhadap alam, dan dikotomi keutuhan menunjukkan meski kita tidak pernah memahami alam, namun kita merasa kita bersama mereka. Namun suatu saat ketika terjadi alam menghendaki diri mereka longsor, menandakan usaha manusia atas harapan balasan terhadap alam sirna. Padahal secara fakta kepedulian kita terhadap alam adalah sama halnya kepedulian kita terhadap orang lain, kepedulian kita terhadap tubuh kita sendiri, dan kepedulian terhadap hewan yang sama menandakan kita sadar untuk peduli secara subjektif yang hadir, dan menunjukkan ada ruang dikotomi pada kita sebagai subjek dan lainnya adalah objek meskipun titik sentralnya bahwa semua kita adalah hidup dalam keutuhan yang tak pernah bisa dipisahkan dari tubuh sendiri-sendiri dan alam tempat kita semua tinggal.Â
Ecobodyisme menunjukkan kita haruslah berangkat dari rasa kehadiran pertanggungjawaban diri atas kesadaran alamiah ini, bukan persoalan kita harus menyatu dengan tubuh kita, dengan pemahaman sosial dan kognitif kita, maupun bukan juga Penyatuan atas alam ini. Namun, yang harus di dilakukan paling urgensi adalah  menyadari kita memang menyatu sejak awal, kita hidup bersama-sama sejak awal, kita dan semua ini adalah hidup bersama sejak awal. Kita tidak pernah sekalipun terpisah, sehingga tindakan yang kita lakukan bukan untuk sebuah hasil, melainkan kesadaran diri atas subjek yang hadir untuk memahami perbedaan dan segala-galanya adalah hadir tanpa kita sendiri yang menghadirkan nya. Ketika ada yang lebih unggul dari yang lain, konsep ecobodyisme menjelaskan bahwa kesadaran dan tindakan individu adalah bagian ukuran intensitas dengan kesungguhan mereka sendiri. Kesadaran diri dan dikotomi keutuhan membawa manusia berani untuk diri sendiri mengantisipasi kehidupan ini. Bukan memilih menjauh, melainkan menyadari kesatuan ini adalah sesuatu yang tak bisa kita atur, sehingga hidup lah di dunia dengan penuh kehadiran dan keutuhan yang kita sendiri memahami sejauh apa yang kita tafsirkan sebagai sebuah fenomena. Namun dalam konsep yang dibangun ecobodyisme mengikuti faham konsep transendentalis, bahwa sulit untuk meletakkan pemahaman kepada yang ada dalam dirinya (noumena) meskipun secara universal manusia tahu bahwa semua ini adalah utuh dan manusia tidak bisa memisahkan diri dari keutuhan alam, tubuh dan diri sendiri.Â
Konklusi