Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Tutorial Membunuh Tuhan

26 November 2024   09:51 Diperbarui: 26 November 2024   10:43 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pinterest Gustave Dore Art Images

Manusia, adalah spesies hewan yang menjadi puncak tertinggi dalam kehidupan hari ini. Mereka memiliki kuasa dalam mengambil, mempertahankan dan membuangnya. Kekuatan manusia tiada tanding, mereka menjadi yang pertama tak terkalahkan. Bahkan, dalam dunia yang mereka kuasai, banyak manusia melakukan konspirasi dalam memperoleh banyak kekaguman atas pencapaian,salah satunya adalah manusia mulai merasa menjadi "aku" Tunggal dengan melakukan pembunuhan kepada Tuhan.

"Tuhan telah mati! Tuhan tetap mati! Dan kita telah membunuhnya!" (GS 125).

Begitulah ungkapan terkenal diucapkan oleh tokoh filsuf Jerman bernama Friedrich Nitezche (1844-1900) yang memperkenalkan bahwa manusia sendirilah yang membunuh banyak Tuhan-tuhan yang di sembah oleh manusia selama ini. 

Memang sangat konyol, namun itulah satu fakta dari bgaimana kelakuan manusia. Membunuh Tuhan dengan cara mereka, pembunuhan itu memang tidak diberitakan dimana-mana, sebab pembunuh Tuhan oleh manusia di lakukan secara penuh strategi, pembunuh itu juga tidak di sadari, namun tetap secara nyata benar-benar terjadi.

 Manusia tidak membunuh Tuhan dengan kapak, geregaji, batu, pedang, atau racun kimia. Tetapi, mereka membawa pengetahuan yang menjadi senjata yang tak terkalahkan, manusia memiliki itu. Lalu kemudian, mereka maju bertemu tuhan, lalu memenggal kepala-kepala Tuhan hingga mati. 

Sungguh ini adalah tragedi yang mengenaskan, Tuhan mati di tangan manusia yang notabene diciptakan oleh dirinya. 

Tuhan di kabarkan tewas setelah kena tebasan sekali oleh pengetahuan manusia. Betapa kejadian itu menjadi tragedi menakutkan bagi sebagian orang, dan sebagian lain menandakan kebebasan dan kebenaran, setelah tahu bahwa Tuhan telah tewas, dan ternyata manusialah yang menang setelah pertempuran singkat melawan Tuhan. 

Tulisan ini adalah cara penulis mengabarkan kepada siapapun pembaca disini tentang cara manusia membunuh Tuhan. Penulis tidak memberikan tutorial cara membunuhnya, namun penulis menginformasikan bahwa manusia punya cara tersendiri membunuh Tuhan mereka, yakni melalui pengetahuan. Sadar atau tidak hari ini manusia tumbuh berkembang menjadi spesies terbaik, tak terkalahkan, dan tanpa tanding. 

Manusia menjadi bagian dari alam semesta yang bisa ditebak, ialah salah satunya memiliki kesadaran untuk mengenal, lalu kemudian membagi informasi pengetahuan satu sama lain tentang sebuah eksistensi. 

Manusia, dengan pengetahuan bisa menelusuri lorong-lorong stagnan objek, yang tidak pernah dimasuki oleh siapapun. Manusia, adalah spesies yang tunduk kepada pengetahuan, sekaligus menjadi pedang kehidupan mereka. 

Manusia hari ini, dengan perkembangan pengetahuan memiliki kemampuan sebagai mahkluk tercipta dengan menjadi pencipta, dalam arti kata perkembangan hidup manusia dengan kepemilikan pengetahuan sudah masuk ke dalam ranah lebih kompleks, sehingga membuat mereka duduk dalam keberhasilan pengenalan banyak hal. Termasuk pengenalan pada tuhan-tuhan yang begitu banyak di kenal manusia.

Tuhan-tuhan manusia banyak, Beranekaragam bentuk dan jenis-jenis nya. Manusia memiliki kepercayaan pada Tuhan dengan berbagai cara. Ibadah adalah salah satu cara tertentu dilakukan untuk mengabadikan ketaatan kepada Tuhan. 

Manusia di pertanyakan, mana Tuhan yang benar?, mereka sesuai dengan sistem kepercayaan Masing-masing, dengan kepemilikan Tuhan masing-masing akan menjawab kebenaran berdasarkan Tuhan yang mereka yakini dan imani. 

Tuhan-tuhan itu tidak bertemu, ada yang hanya tuhan-tuhan duduk dalam diri pribadi manusia, Tuhan dalam ruang kelompok atau komunitas, Tuhan dalam suatu wilayah dan Tuhan dalam suatu planet. 

Banyaknya Tuhan ini tentu bermunculan kebenaran-kebenaran yang tak satu, tiap Tuhan dipercayai memiliki ruang kepercayaan masing-masing. Sebagai sebuah keyakinan, tidak ada sedikit pun keraguan mendatangkan diri, melainkan semakin kuat rasa keyakinan terhadap tuhan-tuhan tersebut, meskipun itu tidak rasional sekalipun. 

Tuhan-tuhan itu duduk pada pengetahuan emosi, yang jelas mengabaikan rasionalitas. Jelas, yang di dahulukan adalah rasa kepercayaan dengan ketaatan, jangan ragu, dan jalani dengan penuh kepercayaan meski itu melawan hukum kemanusiaan sekalipun. Kepercayaan itu memang begitu banyak, begitu juga konflik antar kepercayaan jelas banyak juga. 

Manusia hari ini banyak berkonflik atas nama kepercayaan, tuhan sendiri yang diatasnamakan. Tuhan dibela, Tuhan di jadikan alasan manusia berperang dan saling membunuh secara tidak rasional. Manusia bertengkar dengan alasan Tuhan, dan Tuhan sendiri nantinya akan menjadi alasan pula untuk sebuah perdamaian. 

Begitu unik manusia bukan?, dengan melihat semua itu, tentu rasa kepenasaranan dipertanyakan, mengapa manusia begitu percaya sesuatu hal dengan atas nama Tuhan yang dipercaya masing-masing begitu banyaknya, rela untuk saling membunuh untuk mempertahankan dan membela nya?. 

Manusia bertanya-tanya, jika Tuhan maha segalanya, yang menciptakan semuanya, mengapa mereka menciptakan tuhan-tuhan yang antar Tuhan sendiri disembah oleh manusia menghasilkan konflik berkepanjangan, bahkan hingga hari ini?. 

Manusia dengan pertanyaan inilah muncul rasa ingin mencari tahu, dengan alat pengetahuan yang dimiliki berusaha membedah kebenaran nya. Kebenaran yang dimana menemukan titik terang apakah Tuhan itu benar-benar ada, atau banyak Tuhan yang diciptakan oleh manusia.

 Mereka yang punya pengetahuan lebih, atau bahkan orang-orang yang mengatakan pengetahuan adalah segalanya menemukan. Bahwa tuhan-tuhan begitu banyak ini adalah kebohongan, mana mungkin manusia memahami Tuhan yang menciptakan segalanya hanya sebatas tak dibela, maka membunh pihak yang di berbeda. Tuhan tidak akan seperti itu jika ia benar-benar ada. 

Karena Tuhan tidak perlu di bela dengan cara demikian, Tuhan adalah Tuhan. Tanpa kita atau tanpa alam ini sendiri, Tuhan akan tetap menjadi tuhan. Jika Tuhan ada, maka ia tidak memberikan kesempatan manusia berbuat jahat, sebab Tuhan memberikan aturan manusia hidup dengan baik, bahkan setiap perilaku baik sekalipun adalah ibadah, dan setiap ibadah memiliki nilai tersendiri di hadapan Tuhan. 

Tuhan yang dibunuh adalah Tuhan atas nama ego, keserakahan, keangkuhan, kesombongan, kemajuan buta, dan berbagai sesuatu yang berlebihan membuat manusia menjadi fanatik. Bahkan satu kritik yang bisa di lontar kan adalah dengan melulu mengandalkan pengetahuan untuk mencari banyak hal, lalu mengatakan pengetahuan adalah kebenaran yang bisa memperoleh banyak hal, maka sama saja manusia itu mentuhankan pengetahuan. 

Begitu lah manusia, Mentuhankan diri mereka, lalu menjual atas nama Tuhan. Benar atau tidaknya ada Tuhan adalah bukan hak manusia, dan tidak ada untungnya bagi yang sebenarnya Tuhan akan pengakuan. Manusia saja yang ingin di akui, mencari kebenaran, bahkan dengan buta atas banyak hal. 

Manusia begitu angkuh akan kehidupan yang mereka jalani, dengan ketaatan atas kepercayaan yang di pegang. Sehingga, manusia membunuh Tuhan dengan secara tak sadar, berpengetahuan atau tidak, manusia yang masih hidup dengan fokus pada ego yang tinggi dan mengabaikan banyak hal, bahkan buta atas nya merupakan manusia yang membunuh tuhannya. 

Bahkan tuhan-tuhan begitu banyak dibunuh dan tak melawan. Kesombongan manusia berada pada titik "aku" Adalah segalanya, menganggap manusia adalah pusat segalanya. Tidak ada yang tahu Tuhan ada atau tidak, dan tuhan mana yang benar, sebab semua kembali kepada kepercayaan masing-masing. Dan setiap orang yang memiliki kepercayaan tentu memegang kepercayaan, termasuk bertuhan kepada pengetahuan, bertuhan kepada sesuatu yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

 Manusia berhasil untuk membunuh Tuhan yang begitu banyak. Terkhusus tuhan-tuhan yang manusia sendiri ciptakan secara sadar atau tidak sadar. Dengan pengetahuan, manusia berhasil menebas banyak Tuhan, meskipun mereka kadang banyak mentuhankan pengetahuan. 

Namun pada akhirnya, manusia adalah mahkluk yang membutuhkan Tuhan, meskipun interpretasi mereka terhadap Tuhan seringkali salah arti, mereka bertuhan dengan rasa ego, kesombongan dan bahkan tak jarang manusia sendiri mengaku sebagai Tuhan, dengan menjudge manusia lain salah, kalah, dan penuh dosa. 

Pembunuhan dengan tindakan tak rasional atas nama Tuhan membuktikan manusia seperti ini juga yang membunuh Tuhan, alasan nya adalah mereka membela Tuhan. Tuhan seperti apa yang dibela?, entah Tuhan yang mana dan seperti apa mereka bertuhan, tetapi pada intinya manusia melahirkan banyak Tuhan, dan mereka sendirilah yang membunuh nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun