"Jujur, aku tak sekuat itu untuk hidup dengan rasa kepura-puraan. Bawa aku pergi sejauh mungkin, dimana tidak ada rasa tangis lagi ketika aku salah dalam memilih, dan pura-pura kuat bahkan dengan luka yang menggores ini"
Kita terjebak, tersesat dan terseret jauh entah kemana. Lalu kita bertanya-tanya, dimana kita sekarang?, mengapa kita berada di jeruji tak ada arah ini?. Dan kemana kita harus berjalan?. Kita tersesat, jauh dan tak tau arah pulang.Â
Kita percaya dengan apa-apa yang telah kita lalui. Kita percaya dengan apa yang telah kita temukan setiap hari-harinya, akan selalu tentang nilai-nilai positif. Tidak sedikit pun, tentang keseharian buah yang buruk. Dalam ekspektasi mendalam, cita-cita untuk hidup nyaman dan bahagia sehari-hari adalah sesuatu yang di dambakan, bertemu orang banyak, bercengkrama, tertawa, sedih dan lepas landas dalam saling kepercayaan. Kita menginginkannya, namun seringkali ekspektasi atas hal itu dipatahkan oleh kenyataan.Â
Kita lupa, atau pura-pura, hidup di dunia penuh tipu-tipu. Dunia yang berisi orang-orang yang membawa banyak topeng, kita sulit membedakan orang-orang yang kita temui dan kenal seperti apa. Kita seringkali tertipu, dan menjadi buah bibir tak terucap, mengapa kita bisa bertemu dengan orang-orang yang menurut kita terbaik, tetapi nyata nya semua itu terbalik.Â
Kita di tipu oleh dunia yang kita anggap pasti, bertemu dengan orang-orang hebat, begitulah katanya. Kita percaya, lalu memberikan diary hidup kita kepada orang-orang tertentu, namun ketika kita sudah mulai menyandarkan semangat untuk melepaskan kendali kepercayaan. Kita malah menemukan kenyataan, bahwa semua orang-orang yang kita temui belum tentu sesuai dengan apa yang telah kita fikirkan.Â
Sama.Â
Kita egois dengan bertemu orang-orang baru. Lalu selalu menganggap itu akan terus berjalan dengan penuh keindahan. Tanpa ada kecurigaan sedikitpun, sehingga ketika rasa kecewa bertamu. Kita lumpuh total, karena sejak awal kita belum siap untuk melawan hal-hal yang tak pernah kita harapkan terjadi.Â
Sama.Â
Kita bertemu dengan asumsi mereka-mereka itu orang-orang hebat. Tetapi setelah kita melangkah cukup jauh, melihat berbagai sudut pandang. Kita menemukan titik buta kita ternyata adalah jalan untuk di sadarkan, bahwa tidak semua yang terbaik itu membawa nikmat kehidupan.Â
Dan sama.Â
Kita gugup, dan tak kuat dengan rasa kagum dengan seseorang. Lalu kita berani melekatkan kepercayaan lebih besar kepadanya daripada yang lain. Namun, ketika semua terbukti salah, kita malah tak bisa sama sekali berbalik arah. Karena kita berada di jeruji kekecewaan, dimana kita sama sekali tak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semua.Â
Kita memang terjebak, dalam ego kepercayaan, terlalu mudah untuk menikmati hasil awal dan lupa atas kewaspadaan. Aku maupun kamu adalah kita yang sama, seringkali ditipu oleh dunia yang tak jelas ini. Aku dan kamu adalah kita yang sama, seringkali salah melangkah, dan tak tahu arah pulang ke mana. Aku dan kamu adalah kita yang sama, sering egois untuk kemenangan di awal, dan menangisi kekalahan di akhir. Dan aku dan kamu adalah kita yang sama, menyesal kemudian hari, namun tak pernah kapok untuk mengulang kembali.Â
Aku bertanya kembali, kemana kita harus berjalan?, apakah dijalan yang sama seperti hari ini, ataukah jalan lain yang kita tidak tahu seperti apa langkah-langkah memulainya?. Kebingungan mu adalah kita yang sama, aku dan kamu yang sedang di singgahi rasa dilema berlebihan. Membuat kita tak berani mengambil pilihan, baik atau tidak hidup yang telah kita benar-benar pilih. Keraguan selalu jadi nomor satu, bahkan luka, kecewa dan perih seringkali diabaikan demi rasa kenyamanan seseorang di jarak mata terjauh kita.Â
Kita terjebak, aku dan kamu lebih tepatnya. Kita di zona kemampuan untuk memilih dan yakin sulit untuk di putuskan, kita tak cukup yakin dan kokoh untuk berani mengambil keputusan, karena menganggap akhir dari keputusan itu akan lebih besar daripada sebab-sebab keputusan itu kita keluarkan. Seringkali kita khawatir secara berlebihan, sehingga membuat kita rapuh untuk sesuatu hal tentang hidup kita sendiri. Kita sudah terjebak dengan pilihan yang sudah kita diam-diami, menganggap semua akan baik-baik saja seiring waktu berjalan. Kepercayaan kita sangat besar sehingga kita bisa di lululantahkan oleh kecerobohan kita yang diulang-ulang.Â
Mari, jangan menikmati rasa sakit atas kesalahan kita dalam mengambil keputusan, kita adalah manusia yang ingin bahagia tentu tanpa harus bergantung dengan cerita-cerita yang melibatkan orang lain. Dan mari jangan menikmati rasa sakit yang ulang-ulang, meskipun kita sama-sama percaya, takdir Tuhan itu terbaik untuk orang-orang sabar. Namun, jika hanya masih duduk dalam zona kesesatan dan tanpa reaksi untuk berubah, mungkin kita tidak bisa bahagia pada akhir kisahnya. Namun akan tetap sama saja, kita dan sedih akan berpelukan dengan erat atas nama kecewa.
Kita adalah jalan yang salah dalam pertemuan ini. Namun aku ingin kesalahan itu adalah bukan akhir, tetapi sebuah langkah-langkah berikutnya untuk kita sama-sama belajar. Tentang kesalahan, keberanian, keinginan, rasa butuh, peduli, kejujuran, dan rasa ego yang menjadi selimut yang sama ketika kita berada di jalan ketersesatan ini.Â
Kita memang sudah rapuh, tetapi bukan berarti harus menyerah kan?. Kamu dan aku itu kuat, selagi bisa melangkah jauh, meskipun seringkali tersesat. Kita sudah melangkah jauh dan jangan harap-harap cepat pulang, sebab jalan yang kita pilih adalah jalan yang akan kita lalui dan akan sampai pada tujuan.
Semangat saja, kita adalah manusia yang pura-pura kuat untuk dunia yang penuh skenario ini. Dan kita adalah manusia yang harus mencoba menjadi pemberani di depan semua keputusan yang membuat kita sering menangis di pojokan. Begitulah, kita selalu percaya hidup ini akan berjalan baik-baik saja, padahal itu hanya sugesti fikiran kita atas kejadian hidup kita hari ini yang penuh dengan drama yang tak selesai-selesai.Â
"Mau nangis nanggung, mau pura-pura bahagia juga keseringan sedih."Â
Terjebak dengan situasi yang tidak memungkinkan ini, membuat kita semua tersadar, lalu terperanjat untuk hidup dengan semestinya. Tersesat, lumpuh dan bahkan gugup adalah hal yang wajar dalam setiap hidup seseorang. Gak mungkin bahagia akan selalu, tentu kesedihan dan kecewa adalah bagian keluarga warna kehidupan. Dan tugas kita adalah menyadari, bahwa semua akan berjalan dengan versi dan tamunya masing-masing. Sehingga, kamu harus siap dengan semua itu, kedatangan nya sementara dan semua akan berlalu pada akhirnya.Â
Aku hanya ingin bilang:
"Kita adalah sepasang orang-orang kuat yang sebenarnya ingin dimanjakan dengan hidup. Cape dengan hidup yang tak jelas ini memang keluh kesah yang tak mampu kita hindari. Sehingga, kita hanya memiliki dua pilihan, nikmati atau pergi"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI