Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Slavoj Zizek: Filsafat Friedrich Hegel Lebih Materialis daripada Karl Marx

18 November 2024   05:50 Diperbarui: 18 November 2024   13:24 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan hasil dari wawancara Anja Steinbauer dengan Slavoj Zizek yang awalnya terbit dalam versi bahasa Inggris di majalah Philosophy Now bulan Oktober-November. Zizek sendiri memahamai bahwasanya materialisme dilihat dalam prespektif ontologis. Sehingga teori yang digunakan oleh zizek adalah bentuk antitesis dari pembalikan dari Marx ke hegel. 

Slavoj Zizek merupakan sosok filsuf yang terkenal abad ke 21 yang dipengaruhi oleh filsafat psikoanalisis lacanian. Ia merupakan pemikir yang mampu mendobrak berbagai-bagai prespektif yang cenderung melirik dogmatis dengan gagasan radikalnya. Zizek seperti sosok filsuf yang lahir saat ini mencoba melihat secara mendalam dan menggali semakin dalam pemikiran dari filsuf sebelumnya nya, kemudian mengkritik secara tegas, humoris dan vulgar sehingga gagasan dalam pemikiran nya membuat banyak orang orang yang tertarik pada filsafat , hingga kini banyak yang mempelajari pemikirannya. 

BIOGRAFI SLAVOJ ZIZEK

Slavoj Zizek (lahir 21 Maret 1949) adalah seorang filsuf psikoanalitik Slovenia yang dikenal sebagai salah satu pemikir paling provokatif di era kontemporer. Ia merupakan peneliti senior di Institut Sosiologi dan Filsafat Universitas Ljubljana, Profesor Distinguished Global Jerman di Universitas New York, dan direktur internasional Birkbeck Institute for the Humanities. Karya Zizek menempati persimpangan berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat kontinental, psikoanalisis, teori politik, kajian budaya, kritik film, dan teologi, menjadikannya tokoh yang sulit dikategorikan namun sangat berpengaruh. Ia sering menggunakan pendekatan Lacanian dan Marxis untuk menganalisis fenomena sosial, politik, dan budaya modern, serta dikenal dengan gaya penyampaiannya yang unik dan sering memancing perdebatan.

Sebagai seorang kritikus budaya, Zizek terkenal karena kemampuannya menghubungkan teori filsafat dengan budaya populer, seperti film, sastra, dan politik global. Buku-bukunya, termasuk The Sublime Object of Ideology dan Living in the End Times, mengeksplorasi cara ideologi bekerja dalam kehidupan sehari-hari dan tantangan terhadap kapitalisme global. Dengan menggabungkan humor, paradoks, dan analisis mendalam, Zizek telah menjadi figur utama dalam diskusi intelektual global, sering menginspirasi sekaligus memicu kontroversi di berbagai kalangan akademik dan publik

SLAVOJ ZIZEK PADA GEORG WILHELM FRIEDRICH HEGEL

Zizek sendiri mengkaji salah satu filsuf besar Idealisme yakni hegel dengan bantuan menggunakan sudut pandang filsafat lacanian. Zizek mengatakan bahwasanya filsafat hari ini mengalami perkembangan penuh akan paradoks, ia mulai dengan melihat dan membalikkan keadaan dari materialisme yang dianggap milik dari gagasan Karl Marx, dibalikkan ke hegel. Zizek mengatakan bahwa apa yang diketahui tentang waktu hari ini dan masa lalu lebih mirip dengan gagasan yang dilakukan oleh hegel ketimbang Marx. Marx masih memercayai beberapa jenis teleologi (memahami tujuan) minimal, bahwa kita berada pada titik genting (keterputusan) di mana ada sebuah peluang. jika bukan keniscayaan itu sendiri, bagi revolusi proletar (terkhsus pada kaum buruh) atau penyelamatan universal. sedangkan Hegel merasa situasinya sebagai situasi pascarevolusioner. Sehingga hegel lebih melihat pada bagaimana kejadian dari situasi setelah mengalami titik genting itu sendiri. 

Hal ini bisa terlihat dari bagaimana terjadinya revolusi Prancis, saat itu dunia mengalami perubahan sangat-sangat drastis, walaupun demikian konsekuen juga tampil dalamnya. Dalam pemikiran hegel melihat pascarevolusi prancis itu sendiri pada tataran prespektif agar warisan yang ada setelah nya bisa di wariskan/dipertahankan. Essensial kehidupan sudah didapatkan dari fenomena kesadaran pada manusia, bukan hanya dijadikan bacotan belaka saja (secara tidak langsung zizek mengkritisi marxisme). Hegel melihat fenomena menjadi yang bisa diekstraksi dengan realitas pasca fenomena yang kemudian hegel tahu dan berani untuk merekonstruksi ulang itu semua. Sedangkan marxisme lebih melihat apa yang terjadi, namun mereka memilih untuk melihat terjadinya fenomena tersebut sebagai bentuk yang liyan (orang lain). Sehingga kesadaran mereka tertimpa ada objektivitas yang mengakhiri pada pergerakan yang belum jelas (pastinya tidak terlepas dari pandangan teori tuan-budak) , apakah masih berasal dari internalitas ataupun mereka hanya melihat kejauhan Eksternal objek yang dikatakan sebagai yang real. 

Marx memandang bahwa permasalahan yang terjadi dalam sosial kehidupan manusia dari zaman dahulu hingga kini ialah masalah penindasan(konflik). Dominasi dari kubu borjuis (kapital) pada para proletariat (buruh). Pandangan demikian menyebabkan Marx melihat disituasi tersebut menyebabkan ketimpangan sosial, sehingga Marx menggangap kelas sosial ini harus ditiadakan supaya konflik meluhur ini bisa terhapus. Namun ia pada dasarnya mengandalkan teori yang hegel gunakan dalam teori kesadaran diri pada konsep tuan-budak. Konsep ini masih Marx percayai hingga sampai pada kritisisme nya pada kapitalisme. Marx bukan dukun, namun meramal kan bahwa kapital akan hancur dengan sendiri nya atas apa yang ia prediksi dari fenomena sosial yang terjadi. 

Tak lepas dari itu, Rasanya Marx sudah yakin bahwa para filosof hanya melihat problem dalam segi teoritis, mereka menggambarkan kehidupan saat itu. Tapi menurut Marx filosof cenderung kritis, namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana mengubah itu semua (fenomena yang terjadi) . Namun pada dasarnya keyakinan ramalan Marx pada hancurnya kapitalis hingga kini tidak terbukti. Sangat jelas sekali Marx lebih idealis daripada hegel. Pandangan hegel lebih pada kesadaran diri/roh tersebut. Sejarah roh yang melihat bagaimana sintesis dari pascafenomena. Yang artinya hegel melihat bagaimana perubahan sosial pada kehidupan manusia pasca fenomena tersebut terjadi. Dengan ini pemikiran hegel mirip sekali dengan Herakleitos mengenai perubahan. Manusia baik secara individu maupun komunal setiap zamannya akan berubah-ubah. Kehidupan manusia mengalami kebahagiaan ketika kesadaran pada roh diri tersebut. Namun tak terlepas dari itu manusia mewujudkan perubahan tersebut pada tataran yang real, atau tepatnya mereka melihat pada landasan bagaimana perubahan yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri. Kemudian terjadi dialektika tesis, antitesis sehingga sintesis yang nantinya menjadi tesis kembali. 

KONKLUSI

Para marxis lebih banyak melakukan tindakan yang ingin merubah dunia. Zizek mengatakan bahwa kaum marxis lebih banyak omongan untuk menemukan cahaya dalam gelap. Hegel tau itu semua dan berpura-pura memainkan diri sebagai kesadaran diri. Roh itu berjalan pada kesadaran diri yang selalu berkaitan pada idea, alam dan roh. Hematnya Hegel tahu akan apa yang terjadi pada manusia, sehingga pascafenomena manusia sudah tersadar sebelum nya dan bertindak sedemikian struktural untuk menjelaskan kehidupan. Daripada Marx yang lebih telelogis. Hegel sudah menemukan strategi dalam fenomena sebab kesadaran diri pada fenomena roh tersebut berjalan pada sejarah atas apa yang terjadi.  Pada dasarnya Hegel menunjukan fenomena yang terjadi itu menampakkan diri, sehingga itu bukan sesuatu yang sebenarnya. Pastinya Hegel dalam hal ini melihat struktur kehidupan lebih pada realitas materialis dengan alasan demikian bahwa kehidupan manusia yang diketahui, kemudian menampakan diri. Wujud materialis dari Hegel lebih realistis walaupun cenderung menutup dengan topeng idealisnya. Sedangkan bagi Marx kenyataan yang ada harusnya bagaimana kehidupan bisa termaktub untuk merubah tataran kehidupan. Namun mereka masih saja memulainya pada omongan belaka sehingga Marx secara sosok materialis. Namun jalur mencapainya masih saja cenderung pada kegagalan semata. 

Sumber utama : 

1. https://www.google.com/amp/s/lsfcogito.org/slavoj-zizek-hegel-itu-jauh-lebih-materialis-daripada-marx/amp/

2. Zizek, S. (2012). Less than nothing: Hegel and the shadow of dialectical materialism. Verso Books.

3. iek, S. (2011). With hegel beyond hegel.

4. Mukminto, E. (2020). Law, Patriarchal Ideology, and Systematic Violence against Women-A Zizekian Study. Nurani Hukum, 3, 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun