KONKLUSI
Para marxis lebih banyak melakukan tindakan yang ingin merubah dunia. Zizek mengatakan bahwa kaum marxis lebih banyak omongan untuk menemukan cahaya dalam gelap. Hegel tau itu semua dan berpura-pura memainkan diri sebagai kesadaran diri. Roh itu berjalan pada kesadaran diri yang selalu berkaitan pada idea, alam dan roh. Hematnya Hegel tahu akan apa yang terjadi pada manusia, sehingga pascafenomena manusia sudah tersadar sebelum nya dan bertindak sedemikian struktural untuk menjelaskan kehidupan. Daripada Marx yang lebih telelogis. Hegel sudah menemukan strategi dalam fenomena sebab kesadaran diri pada fenomena roh tersebut berjalan pada sejarah atas apa yang terjadi. Â Pada dasarnya Hegel menunjukan fenomena yang terjadi itu menampakkan diri, sehingga itu bukan sesuatu yang sebenarnya. Pastinya Hegel dalam hal ini melihat struktur kehidupan lebih pada realitas materialis dengan alasan demikian bahwa kehidupan manusia yang diketahui, kemudian menampakan diri. Wujud materialis dari Hegel lebih realistis walaupun cenderung menutup dengan topeng idealisnya. Sedangkan bagi Marx kenyataan yang ada harusnya bagaimana kehidupan bisa termaktub untuk merubah tataran kehidupan. Namun mereka masih saja memulainya pada omongan belaka sehingga Marx secara sosok materialis. Namun jalur mencapainya masih saja cenderung pada kegagalan semata.Â
Sumber utama :Â
2. Zizek, S. (2012). Less than nothing: Hegel and the shadow of dialectical materialism. Verso Books.
3. iek, S. (2011). With hegel beyond hegel.
4. Mukminto, E. (2020). Law, Patriarchal Ideology, and Systematic Violence against Women-A Zizekian Study. Nurani Hukum, 3, 1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H