Ada sesuatu hal penting yang ingin kusampaikan. Meskipun ini terdengar cukup membuatmu tidak nyaman. Untuk memulainya, aku bertanya pada mu terlebih dahulu, mengapa kamu sering menjustifikasi sesuatu hal tanpa kamu tahu fakta nya terlebih dahulu?.Â
Ini pertanyaan ku, cukup kamu jawabnya sebelum membaca tulisan ini selanjutnya. Aku ingin mengatakan, bahwa kemampuan mu untuk menuduh itu sangat-sangat Merugikan, bahkan untuk orang lain yang tak kau tuduh sekalipun, akan berdampak besar bagimu. Karena, ketika kamu memiliki sikap yang mudah sekali untuk menilai seseorang hanya pada satu kecamata dirimu sendiri, maka itu menandakan kamu buta atas kehidupan. Bahkan, untuk dirimu sekaligus, kamu hanyalah secercah kebodohan yang tak disadari.Â
Seringkali aku atau kamu melakukan itu. Sadar atau tidak, tahu atau tidak, dan ingin atau tidak. Seringkali semua itu dilakukan, kita membuat standar nilai sejauh apa yang kita rasakan, konsekuensi dari semua itu kita sering memiliki pandangan satu arah, dan tak punya frekuensi lain untuk menilai. Yang jelas, ketika perilaku itu muncul, menilai hanya langsung tanpa melibatkan pemikiran yang matang, maka itulah kita. Seorang manusia yang dihijabi oleh kesombongan yang muncul dari rasa bisa, egois dan rasa tak rendah diri dari sesuatu yang kita miliki sebagai kelebihan.Â
Padahal, ketika Kita menaruh kelebihan kita sebagai sebuah kebaikan merupakan kenikmatan. Namun kita tak pernah bisa sama sekali memiliki kemampuan untuk melakukan proses pemahaman mendalam, bahwa ketika tindakan itu dilakukan dengan terburu-buru dan waktu yang singkat. Maka seringkali mengambil keputusan yang masih mentah, namun selalu kita anggap sebagai benar. Sebab alasan apa?, alasannya adalah kita sendiri yang sangat-sangat egois.Â
Itulah kamu, maupun aku. Yang tak pernah tersadar betapa angkuh dengan menilai orang lain di sekitar kita. Bahkan dengan perilaku itu sekalipun, kita adalah hewan pemburu aib dari saudara-saudara kita, dan sepantasnya ketika sikap itu masih tetap dijalani, maka itulah kita yang lebih rendah dari hewan. Karena, menilai dan menjustifikasi hanya pada tataran sebelah mata, dan tanpa ada rasa kepedulian.Â
Kita adalah manusia dan manusia adalah hewan yang berfikir, berfikir untuk jadi orang bijak dalam hidup, dalam menjalani keseharian dan dalam mengambil keputusan akhir, bagaimana kita memilih hidup selanjutnya, dan mengapa kita harus menjadi orang baik seterusnya.
Aku ingin katakan, kamu dan aku itu egois. Selalu merasa menang dan tahu segala hal. Kamu dan aku itu egois, menaruh diri sebagai orang yang paling bisa atas segalanya. Kamu dan aku itu egois, merasa tinggi dan meremehkan orang lain.Â
Aku dan kamu itu tak pernah baik, jika masih saja menaruh rasa bangga pribadi yang terlalu tinggi. Kamu dan aku harus bertanya lagi dan kembali, mengapa itu bisa terjadi?.Â
Mari menyatakan diri kita salah, lalu intropeksi diri untuk jadi lebih baik. Tidak ada rasa buruk yang berlebihan jika kita adalah orang-orang yang pernah salah dan kalah, bukan?. Dan tidak terlalu menyedihkan jika kita menerima konsekuensi dari Keburukan-keburukan yang telah kita buat, bukan?.Â
Kita adalah manusia, dan kata dari sebutan nama spesies manusia-manusia itu adalah keistimewaan sebagai hewan berfikir. Setiap manusia pernah salah, dan setiap orang-orang yang pernah salah yang berani merasa dirinya salah dan berubah adalah orang-orang baik. Namun apakah kamu dan aku seperti itu?.Â