Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Tanpa Oposisi? Cerita BEM, Universitas, dan Demokrasi Indonesia

28 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:08 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Beritajatim. Com

Demokrasi.. 

Mari kita tertawakan bersama-sama. 

Memang tidak ada yang lucu dari kata-kata "demokrasi". Namun ketika kata ini dilanjutkan dengan penambahan kata lain seperti misalkan tempat, contohnya kata "Indonesia". Maka beberapa orang akan mulai sadar bahwa ketika menyambungkan dua kata " Demokrasi" dan "Indonesia" Menjadi demokrasi Indonesia adalah Sesuatu yang lucu. 

Mari kita lihat, selucu apa Demokrasi di Indonesia dengan cara yang sederhana, padat, dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Mari kita bersama-sama ratapi, dengan kesadaran yang penuh sebagai seorang manusia yang berakal, bahwa demokrasi di Indonesia perlu sekali kita tertawakan hari ini. 

DEMOKRASI DENGAN SEGALA KETAKUTAN RUANG AKADEMIK.

Sumber: detikjatim
Sumber: detikjatim

Saya pribadi akan tertawa sendiri mendengar berita yang dimana, ada sebuah Universitas di Indonesia membekukan Badan eksekutif mahasiswa (BEM) dikarenakan mengkritik seorang "pejabat pemerintah". 

Saya pribadi masih bingung sampai detik ini, meskipun setelah tulisan ini sampai pada pembaca. Universitas tersebut telah mencabut SK pembekuan BEM tersebut. Namun, hal yang ingin saya tanyakan adalah apa alasan akademik dan logis sebuah kritikan dari sekelas BEM kepada pemerintah membuat mereka di marahi sendiri oleh Universitasnya sendiri. Padahal kita sama-sama mengetahui, bahwa universitas merupakan tempat seseorang dididik mencari dan memperjuangkan kebenaran. Lalu kemudian, inisiatif dari para BEM di universitas tersebut mencoba mengekspresikan dengan cara kritik yang cukup tajam, malah di marahi sendiri oleh universitas nya. 

Ini sangat keterlaluan atau saya pribadi yang berfikir lebay?. Namun ini lah yang terjadi, universitas sebagai ruang kebebasan akademik, yang jelas kritikan dikeluarkan oleh BEM tersebut jelas melalui riset dan penuh kesadaran pertanggungjawaban akademik mengeluarkan ekspresi kritikan mereka terhadap pemerintah ternyata di halang di pintu rumah universitas mereka sendiri.

 

Sumber : Beritajatim. Com
Sumber : Beritajatim. Com

Jujur, saya tidak ingin ikut campur terlalu dalam, dengan seragam dan seribu alasan setiap kali klarifikasi pihak Universitas yang membekukan tersebut. Namun yang ingin saya tanyakan, seperti apa demokrasi yang universitas hari ini sampaikan kepada mahasiswa mereka sebagai sebuah ilmu pengetahuan ilmiah?. Saya masih bertanya-tanya seperti apa demokrasi yang harus di lahirkan oleh sebuah bangsa Indonesia ini, agar bisa dikatakan demokratisasi?. 

Kekesalan saya terhadap kejadian ini membuat saya mulai mempertanyakan, benar atau tidak sistem "demokrasi" Itu dijalankan di Indonesia. Atau jangan-jangan demokrasi hanyalah formalitas saja, sisanya hanya untuk kepentingan kaum elit, fulus dan oligarki yang duduk di bangku kekuasaan dan pemilik modal saja?. Saya kira, demokrasi Indonesia hanyalah persoalan negosiasi modal kuasa dan tahta, sedangkan mereka yang tak punya itu, Siap-siap saja di buang di jurang kebodohan, kemiskinan, kemelaratan, pengangguran dan ketersesatan. 

Demokrasi Indonesia, mari kita tertawakan bersama-sama. Sudah tahun 2024 kepercayaan kemerdekaan dengan mengangumi kebebasan dan hari ini demokrasi sebagai ruang kehidupan yang masih relevan. Tetapi yang ingin saya katakan adalah

 "papuk me relevan sik demokrasi lq indonesia ne. Aku engat nah, susah-susah masyarakat sik sistem sik paran ideal. Bilang langan, bilang berugak taok pade diskusi soal pejabat-pejabat ne. Laguk ujung-ujung, pade susah doank hidup". 

Saya kira, demokrasi Indonesia adalah sesuatu yang lucu untuk di katakan, namun saya pribadi tetap bangga, namun titik kesedihan saya adalah pada bagaimana sistem yang secara kolektif disepakati, ternyata dalam aplikasi hanyalah bualan teks yang tak bisa dikontekstualisasikan. 

Ini jelas sesuatu tragedi, kematian demokrasi secara sistematis, demokrasi hidup sebagai Tuhan negara, namun tak pernah sama sekali hidup sebagai individu dalam kehidupan berbangsa. Saya kira, ini kita temukan hari ini, bagaimana ruang kepercayaan kita mempelajari demokrasi, di Universitas sekalipun mulai meredup makna demokrasi yang sesungguhnya. Saya kira, di ruang universitas lah kita semua bisa berdiskusi panjang soal demokrasi Indonesia, namun ujungnya apa, kita menyaksikan dengan mata telanjang, demokrasi di Universitas hanyalah demokrasi teori, tetapi tidak dengan Benar-benar di aplikasi. 

Sangat-sangat di sayangkan bukan? , beribu sayang dan tak ada lagi yang menyayangkan. Demokrasi Indonesia hari ini akan jadi nada paling indah dalam konstitusi, namun bullshit ketika kita semua berusaha untuk menjalani. Dari kita sebagai warga negara, bahkan para pejabat duduk diam sembunyi kuasa enak-enak saja melanggar konstitusi tanpa ketahuan. Hukum saja mereka beli, apalagi kita rakyat rendahan yang tak punya modal, tinggal di singkirkan. 

Mudah saja bagi mereka, begitupun mahasiswa. Mereka punya sikap idealisme untuk bersuara, sekelas BEM ketika mengeluarkan kritikan. Tentu melewati jalan akademis dengan observasi,diskusi dan membaca literatur yang banyak. karena mereka sudah melakukan riset, sehingga tingkat kepercayaan kita semua terhadap ekspresi kritikan tentu dipertanggungjawabkan. Namun jelas juga kritikan itu keluar untuk seorang sebagai pejabat pemerintah, bukan sebagai individu personal, demokrasi tak dilanggar, namun dalam perspektif kacamata orang-orang yang tak mau kena rugi atau tak ingin kena kritikan. Mereka memilih untuk jalan keamanan meski mereka melihat keburukan, kejahatan, dan pembodohan berkeliaran. 

sebuah universitas tidak cocok menjadi hakim jika ketika mereka berhasil mencetak mahasiswa cerdas, jika universitas itu sendiri menolak kritikan keras dari produk mahasiswa yang kritis dan cerdas. 

Universitas harus kembali menjadi ruang diskusi kritis dan skeptis untuk orang-orang yang siap menggali ilmu pengetahuan. Mahasiswa, adalah mereka duduk di bangku universitas untuk belajar. Disitulah, mereka belajar banyak hal, termasuk soal demokrasi Indonesia yang kita tertawakan, tertawakan karena banyak lelucon hari ini lahir dari rahim demokrasi Indonesia. Kritikan adalah bentuk antitesa sekaligus obat kesehatan demokrasi yang semakin lebih baik lagi. 

Dan sebagai penutup, jika masih banyak orang mengkritik pemerintah, maka akan ada ruang diskusi karena muncul banyak produk wacana dari rakyat sendiri untuk tidak membuat negara menjadi otoriter, ketika masih banyak oposisi di sebuah negara, maka itu menandakan demokrasi masih dalam keadaan sehat wal afiat, karena demokrasi memberikan ruang kritikan kebebasan dalam ketidakpuasan untuk setiap warga negara yang tak pernah sefaham dan seragam. Namun ketika demokrasi tanpa oposisi lahir di sebuah negara, dimana semua warga negara ikut saja atas kebijakan pemerintah, itu menandakan ada sesuatu yang tidak benar, ada rasa ketakutan atas perbedaan melawan kebijakan pemerintah. Demokrasi harus menghidupkan ruang perdebatan panjang untuk sebuah kemaslahatan, karena kita pastikan bersama-sama tak akan ada kesempurnaan, sehingga disinilah fungsi oposisi sebagai orang-orang yang menyadarkan pemerintah untuk berbuat berbeda dan menyadari sebuah perubahan. Negara harus memiliki oposisi, termasuk mahasiswa yang berfikir ideal mengkritik pemerintah yang berbuat zalim, dan Demokrasi adalah hak setiap warga negara menuntut, dan disinilah stabilitas dan percakapan antara pemerintah dan warga negara yang selalu tidak pernah sama. Namun pertanyaan ini akan kembali kepada sistem demokrasi Indonesia yang kita sadari betul banyak kekurangan, termasuk mungkin saja hari ini, kita akan mendapati demokrasi tanpa oposisi yang benar-benar oposisi.

Kita akan terus menerus bertanya, tanpa henti dan tak akan lelah. Karena kita adalah warga negara Indonesia, yang sama-sama sadar tentang demokrasi adalah kebebasan secara konstitusi yang dari, oleh, untuk kolektif bangun dan hidupi. 

Kita adalah bangsa Indonesia, harus tetap menghidupkan demokrasi dalam keseharian dan kehidupan berbangsa dan bernegara jika benar-benar ada yang konslet dari negara ini. Kita memegang demokrasi secara teks dan isi fikiran bukan?, sehingga jika itu benar-benar nyata dan benar-benar iya. Maka mari kita tidak takut mengeluarkan kritik, seperti yang di lakukan kawan-kawan kita di BEM disebuah universitas tersebut, meskipun bukan pemerintah lagi yang membungkam, melainkan universitas. Meskipun ini cukup jelas menujukan universitas telah keluar dari marwah nya, tetapi tetap dengan gerakan dan tegak langkah, sekaligus akal sehat untuk mengkritik ketika ada yang benar-benar salah dari pemerintah kita. 

Demokrasi melahirkan kebebasan untuk kebersamaan, hidup seperti apa yang dikatakan oleh dasar negara kita, yakni pancasila meliputi lima sila yakni ketuhanan, keadilan, kesatuan, musyawarah dan kesejahteraan untuk kita semua sebagai warga negara Indonesia. 

Akan tetapi, saya ingin mengulang kembali apa yang ingin saya katakan pada halaman awal. Mari kita sama-sama tarik nafas dan tersenyum lebar, dan mari kita tertawakan demokrasi Indonesia hari ini. Lalu setelah itu, mari kita ubah tawa itu jadi aksi nyata dengan mengandalkan kemampuan kita masing-masing. 

Semoga kita bisa tumbuh sebagai orang-orang hebat, berusaha mengobati demokrasi yang mulai tidak sehat, dan tetap memberikan obat kritikan untuk pejabat yang seringkali sibuk menumbuk kepentingan di kursi kekuasaan. 

Jangan berbelit-belit. Mari lakukan kawan-kawan. Untuk menutup tulisan ini, saya ingin menuliskan;

"Sik lucu bae aneh Indonesia ne, mahasiswa ngeritik, tesilik sik kampus ne. Ape bae aneh unin fikiran kampus ne sampe-sampe silik kadang jarin ngeritik aran. Aku bingung, laguk kebingungan ke ne doank masih ndk sampe kesimpulan sekelas kampus doank bebalak anak BEM kritik pejabat. Ye wah aran kampus bani-bani kelikit tie, ajah mahasiswa ne ceket lq ape-ape. Laguk nie sendiri ndk bani Miluan lq mahasiswa ngeritik pejabat. Menurut aku jak takut ne ndk mauk anggaran jage nah?, suudzon bae aneh manusie ne"

Sumber bacaan

1. https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/20241027143244-32-1160043/anggota-dpr-desak-unair-cabut-pembekuan-bem-fisip-soal-bunga-prabowo/amp

2. https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/jatim/berita/d-7608705/bem-fisip-unair-dibekukan-gegara-karangan-bunga-kritik-pelantikan-prabowo/amp

3. https://beritajatim.com/dekanat-cabut-surat-pembekuan-bem-fisip-unair

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun