Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Tanpa Oposisi? Cerita BEM, Universitas, dan Demokrasi Indonesia

28 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:08 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber : Beritajatim. Com
Sumber : Beritajatim. Com

Jujur, saya tidak ingin ikut campur terlalu dalam, dengan seragam dan seribu alasan setiap kali klarifikasi pihak Universitas yang membekukan tersebut. Namun yang ingin saya tanyakan, seperti apa demokrasi yang universitas hari ini sampaikan kepada mahasiswa mereka sebagai sebuah ilmu pengetahuan ilmiah?. Saya masih bertanya-tanya seperti apa demokrasi yang harus di lahirkan oleh sebuah bangsa Indonesia ini, agar bisa dikatakan demokratisasi?. 

Kekesalan saya terhadap kejadian ini membuat saya mulai mempertanyakan, benar atau tidak sistem "demokrasi" Itu dijalankan di Indonesia. Atau jangan-jangan demokrasi hanyalah formalitas saja, sisanya hanya untuk kepentingan kaum elit, fulus dan oligarki yang duduk di bangku kekuasaan dan pemilik modal saja?. Saya kira, demokrasi Indonesia hanyalah persoalan negosiasi modal kuasa dan tahta, sedangkan mereka yang tak punya itu, Siap-siap saja di buang di jurang kebodohan, kemiskinan, kemelaratan, pengangguran dan ketersesatan. 

Demokrasi Indonesia, mari kita tertawakan bersama-sama. Sudah tahun 2024 kepercayaan kemerdekaan dengan mengangumi kebebasan dan hari ini demokrasi sebagai ruang kehidupan yang masih relevan. Tetapi yang ingin saya katakan adalah

 "papuk me relevan sik demokrasi lq indonesia ne. Aku engat nah, susah-susah masyarakat sik sistem sik paran ideal. Bilang langan, bilang berugak taok pade diskusi soal pejabat-pejabat ne. Laguk ujung-ujung, pade susah doank hidup". 

Saya kira, demokrasi Indonesia adalah sesuatu yang lucu untuk di katakan, namun saya pribadi tetap bangga, namun titik kesedihan saya adalah pada bagaimana sistem yang secara kolektif disepakati, ternyata dalam aplikasi hanyalah bualan teks yang tak bisa dikontekstualisasikan. 

Ini jelas sesuatu tragedi, kematian demokrasi secara sistematis, demokrasi hidup sebagai Tuhan negara, namun tak pernah sama sekali hidup sebagai individu dalam kehidupan berbangsa. Saya kira, ini kita temukan hari ini, bagaimana ruang kepercayaan kita mempelajari demokrasi, di Universitas sekalipun mulai meredup makna demokrasi yang sesungguhnya. Saya kira, di ruang universitas lah kita semua bisa berdiskusi panjang soal demokrasi Indonesia, namun ujungnya apa, kita menyaksikan dengan mata telanjang, demokrasi di Universitas hanyalah demokrasi teori, tetapi tidak dengan Benar-benar di aplikasi. 

Sangat-sangat di sayangkan bukan? , beribu sayang dan tak ada lagi yang menyayangkan. Demokrasi Indonesia hari ini akan jadi nada paling indah dalam konstitusi, namun bullshit ketika kita semua berusaha untuk menjalani. Dari kita sebagai warga negara, bahkan para pejabat duduk diam sembunyi kuasa enak-enak saja melanggar konstitusi tanpa ketahuan. Hukum saja mereka beli, apalagi kita rakyat rendahan yang tak punya modal, tinggal di singkirkan. 

Mudah saja bagi mereka, begitupun mahasiswa. Mereka punya sikap idealisme untuk bersuara, sekelas BEM ketika mengeluarkan kritikan. Tentu melewati jalan akademis dengan observasi,diskusi dan membaca literatur yang banyak. karena mereka sudah melakukan riset, sehingga tingkat kepercayaan kita semua terhadap ekspresi kritikan tentu dipertanggungjawabkan. Namun jelas juga kritikan itu keluar untuk seorang sebagai pejabat pemerintah, bukan sebagai individu personal, demokrasi tak dilanggar, namun dalam perspektif kacamata orang-orang yang tak mau kena rugi atau tak ingin kena kritikan. Mereka memilih untuk jalan keamanan meski mereka melihat keburukan, kejahatan, dan pembodohan berkeliaran. 

sebuah universitas tidak cocok menjadi hakim jika ketika mereka berhasil mencetak mahasiswa cerdas, jika universitas itu sendiri menolak kritikan keras dari produk mahasiswa yang kritis dan cerdas. 

Universitas harus kembali menjadi ruang diskusi kritis dan skeptis untuk orang-orang yang siap menggali ilmu pengetahuan. Mahasiswa, adalah mereka duduk di bangku universitas untuk belajar. Disitulah, mereka belajar banyak hal, termasuk soal demokrasi Indonesia yang kita tertawakan, tertawakan karena banyak lelucon hari ini lahir dari rahim demokrasi Indonesia. Kritikan adalah bentuk antitesa sekaligus obat kesehatan demokrasi yang semakin lebih baik lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun