Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Kapitalis dan Kaum Tertindas pada Kisah Habil & Qabil

21 Oktober 2024   06:38 Diperbarui: 21 Oktober 2024   07:20 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: even abdullah sarmis / Pinterest

Dalam sebuah kisah yang di anggap menjadi kebenaran, ada tragedi pembunuhan manusia pertama terjadi. Yakni seorang saudara bernama habil dan qabil, Habil adalah seorang kakak yang baik dan sedangkan Qabil yakni seorang adik yang memiliki hati jahat. 

Singkat kisah, Qabil membunuh Habil dalam sengketa kasus perjodohan dan rasa iri lainnya yang menyebabkan sik adik membunuh sang kakak. Pembunuhan pertama manusia di lakukan oleh sepasang saudara yang diikat satu keluarga. Karena ada rasa dengki, iri, sombong, dan tidak puas. Kemarahan memuncak pada akhirnya pembunuhan terjadi. 

Sama-sama terikat dalam ingatan, kisah pembunuhan Habil sang kakak oleh Qabil sik adik membawa dunia manusia mulai berubah, secara jelas. Manusia diberikan ruang cerita kesadaran, bahwa sang kakak yang baik mendapatkan rasa cukup ternyata tidak pernah bebas untuk menikmatinya. Ada ruang rasa iri dari seseorang, bahkan itu lahir dari ikatan darah sekalipun atas nikmat yang di dapatkan. Dapat di saksikan, tragedi Pembunuhan manusia pertama kali itu terjadi secara jelas, ada ruang keangkuhan yang menciptakan dunia untuk milik pribadi. 

Untuk melihat semakin nyata tragedi Habil dan Qabil ini, mari melihat dalam ruang nyata hari ini. Bagaimana kita bisa menyaksikan secara jelas di depan mata. Kisah Habil dan Qabil dalam bentuk sistem baru, dimana ada paradigma yang tumbuh untuk membunuh satu sama lain, meskipun secara sadar semua manusia bersaudara. Ada rasa angkuh dan tak puas menjelma menjadi hijab yang menutupi kebenarannya, akibat dari semua itu adalah muncul penindasan dari pihak-pihak tertentu atas kepentingan dari pihak lain, yang secara sadar itu lakukan untuk mencapai dunia kepuasan. 

TRAGEDI SOSIAL KISAH HABIS DAN QABIL

kita mengetahui bagaimana Habil dibunuh oleh Qabil, kita telah mengingat begitu kuat tragedi tersebut sebagai bentuk sifat manusia yang dengan tanpa rasa takut, mengorbankan siapapun itu untuk rasa puas diri. Begitulah manusia, berani melakukan tindakan paling buruk sekalipun untuk mencapai tujuannya. Seperti apa yang pernah di ucapkan oleh Thomas Hobbes, bahwa manusia dalam sifat alamiahnya adalah mahkluk rakus, jahat, mengerikan dan sampai pada puncaknya mereka adalah serigala bagi sesama. 

Kisah Habil dan Qabil menjelma menjadi kisah yang abadi. Dimana pembunuh terjadi dengan begitu dramatis, Habil dibunuh karena kepentingan dari Qabil yang tidak tercapai, sehingga jalan yang dipilih adalah bilangnya rasa kemanusiaan untuk mencapai kepentingan. 

Mari melihat tragedi ini dalam situasi hari ini. Kita akan melihat bahwa tragedi pembunuhan Habil dan Qabil adalah bentuk dari nyata dalam aspek sosial tentang kapitalisme dan kaum tertindas. 

Kita akan mengatakan bahwa Habil adalah personifikasi sebagai kaum tertindas, sedangkan Qabil menunjjukan sebagai sosok kapitalisme. Ada kesenjangan yang hadir dimana para kaum kapitalisme memegang rasa angkuh dengan tidak puas, kemudian memanfaatkan saudaranya sendiri sebagai budak kepentingan. 

Pembunuhan tidak harus meneteskan darah, namun pembunuhan juga dilakukan dengan menghilangkan identitas kemanusiaan. Inilah yang terjadi hari ini, dimana lambang Qabil sebagai kapitalis membunuh saudaranya sendiri Habil sebagai kaum tertindas dengan melakukan perbudakan kerja, yang mengakibatkan para kaum pekerja teralienasi dari identitas sebagai manusia. Kaum tertindas dipaksa untuk terus bekerja dengan maksimum usaha untuk memperoleh komoditas dengan surplus tinggi. Tentu akumulasi kapital yang dilakukan oleh kaum pemodal ini merupakan jalan untuk mencapai kepentingan individu yang rakus, sedangkan bagi para pekerja yang tertindas, mereka sudah kehilangan identitas sebagai manusia, sebab dipekerjakan layaknya mesin dengan upah yang sangat sedikit, namun di paksa untuk menghasilkan produk yang besar. 

Tentu ironi seperti ini terjadi, sang Qabil sebagai kapitalis memiliki hasrat atas kepentingan menikmati dunia tanpa ada rasa saing. Meskipun harus mengorbankan saudara sendiri, itu adalah solusi paling baik untuk memperoleh surplus komoditas dengan untung yang besar. 

Tidak peduli, siapa yang harus hidup. mereka sudah termarginal dan teralienasi karena sudah kehilangan identitas sebagai manusia. Kaum kapitalis memegang nyawa para kaum tertindas, karena mereka memiliki alat dan cara untuk mengontrol begitu banyak kaum tertindas untuk bekerja bersama mereka, mesikpun tahu akan mengalami eksploitasi. 

Kita mengetahui, bagaimana kematian Habil menunjjukan bentuk format penindasan yang terjadi pada kaum kelas bawah yang di eksploitasi sebagai budak kapitalis. Namun kita tidak pernah mengetahui dalam sejarah sekalipun, bagaimana Qabil meninggal, sehingga kita tidak memiliki ukuran bagaimana kaum kapitalis akan hancur. 

Jika Karl Marx meramalkan revolusi dilakukan oleh kaum buruh untuk menghancurkan kaum kapitalis. Namun, darimana dan bagaimana caranya?. Tentu satu paradoks yang akan muncul bahwa ketika revolusi dilakukan oleh kaum buruh, maka akan memunculkan satu bentuk perubahan para pemimpin buruk menjadi kaum kapitalis. Sehingga apa?, cita-cita Karl Marx mengenai penghancuran kaum kapitalis hanya dogeng semata yang diidam-idamkan oleh orang-orang tertindas. Hanya sebagai penyemangat yang tidak mungkin untuk terjadi, dan selalu penindasan kaum kapitalis kepada kaum buruh atau orang-orang tak bermodal dilakukan secara nyata dan terus menerus. 

Kapitalis akan menjadi raja yang akan membuat istana kepentingan semakin megah. Sedangkan, para kaum tertindas berusaha semaksimal mungkin bebas dari penindasan tersebut, lalu kemudian merekalah yang menjadi kaum kapitalis. Namun yang terjadi, kaum kapitalis baru ini harus bertahan dengan melakukan penindasan kepada pihak lain. Sehingga apa?, Qabil sebagai Pembunuh hanya dikenali cara membunuh Habil, artinya kita hanya punya gambaran bagaimana cara kaum kapitalis untuk terus maju dengan melakukan eksploitasi dan penindasan untuk tetap bertahan. Namun kita akan gugup dan gagap sekaligus juga gagal menjelaskan bagaimana mengetahui cara kematian Qabil, atau kematian dari kapitalis. 

Dan inilah PR kita semua, terutama para pembaca untuk melihat dalam ruang fikir kritis mengenai bagaimana cara kapitalis ini hancur lebur tanpa sisa, dan bagaimana kaum kaum tertindas memperbaiki diri semakin lebih baik, atau bahkan menjadi kaum kapitalis yang apakah mungkin mereka akan menjadi kaum kapitalis yang baik dan berbudi?.

Kaum kapitalis tidak bisa kita hindari untuk hadir Omong kosong untuk meniadakan kapitalisme. Karena, apa yang kita sebut sebagai kapitalis itu adalah bagian struktur yang kita secara tak sadari bentuk. Ketika ada ruang penindasan secara tak sadar hadir, maka ketika itulah. Proses kapitalis dan kaum tertindas pula lahir. Dimana, kita menyaksikan, manusia menjadi serigala dan manusia lain yang lebih banyak akan menjadi mentahan daging segar yang siap untuk dimakan. 

Tragedi habil dan Qabil adalah pembacaan Tragedi atas masa kini, dimana kita menemukan titik balik yang begitu jelas dan mapan. Dimana, kita memperoleh jawaban, bahwa dalam struktur kehidupan yang begitu kompleks, ruang negosiasi akan terbuka lebar. Bahwa, siapa kita sesungguhnya hari ini?, dan apakah kita adalah seorang Habil yang tertindas ataukah Qabil yang menindas?. 

Jelas subjek atau objek kita dalam tatanan sosial ini tergantung bagaimana kita sendiri membentuk sistem, kitalah yang mengendalikan dan mengontrol bagaimana kita sendiri hidup. Sistem yang telah kita buat secara struktur sadar atau tidak sadar melahirkan diri kita sebagai individu yang terlempar di dunia. Apakah menjadi orang-orang yang banyak tertindas, ataukah menjadi sebagian minoritas dengan sinergi modal yang disebut sebagai kapitalis yang mengontrol kaum-kaum tertindas.

Sumber bacaan;

1. Shi'isme, Iran. "Dialektika Agama Ali Shariati." Shukeri Mohamad, Mohamad Azrien Mohamed Adnan, Zamri Ghazali 33: 51.

2. Dewi, Ernita. "Pemikiran Filosofi Ali Syari'ati." Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 14.2 (2012): 232-2442.

3. Riyanto, Pandu Irawan. "Agama dan Perubahan Sosial Perspektif Ali Syariati." JAWI 4.2 (2021): 83-104.

4. Kiptiyah, Siti Mariyatul. "Kisah Qabil Dan Habil Dalam Al-Qur'an: Telaah Hermeneutis." Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits 13.1 (2019): 27-54.

5. Fadillah, Nadhifa Ahdi. "Memahami Teori Sosial Karl Marx: Kelas, Konflik, dan Perubahan." Nusantara: Jurnal Pendidikan, Seni, Sains dan Sosial Humaniora 1.02 (2023).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun