Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Absurdisme, Hidup yang Bermakna Omong Kosong

13 Oktober 2024   19:36 Diperbarui: 13 Oktober 2024   19:45 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Apa ada makna hidup manusia? 

Sebuah pertanyaan dari para manusia yang menangisi kepergian orang-orang tersayang mereka. Semalaman, ia hanya duduk meratapi kubur tersebut selepas ia tahu orang-orang tersayang pergi meninggalkan nya. 

Katanya, orang-orang itu pergi ke tempat jauh, dimana kebahagiaan atau bahkan penderitaan itu abadi. Entah dimana mereka akan ditempati nantinya, manusia setelah kematian akan ditempatkan di suatu ruang yang abadi, abadi dalam arti mereka tidak akan pernah menangisi lagi tentang Kepergian. 

Banyak orang mengatakan hal demikian. Pasca kematian ada kehidupan yang Lebih baik, atau bahkan lebih buruk. Namun, Orang-orang di dunia bertanya-tanya, benar atau tidak kata-kata itu. Apakah hanya sebuah hiburan semata, sebuah kalimat penenang saja, atau bahkan hanya dorongan negosiasi atas jiwa yang bersedih?. 

Segala pertanyaan akan melaju semakin hebat, tidak peduli siapa yang menjawab nya. Apa yang terjadi setelah kematian? Dan apa sebenarnya makna kehidupan ini?. Pertanyaan ini muncul dari rasa orang-orang yang tidak puas dengan arti makna hidup. Sebab, makna hidup dibuat dengan paradigma sejarah dan pengalaman subjektif, ia menjadi dasar kebenaran ketika banyak orang menyepakati. Bukan karena apa yang terjadi tersebut benar, melainkan mereka tidak mau mencari solusi-solusi alternatif lainnya. 

Keraguan atas makna hidup, baik dalam kejelasan makna hidup dalam keseharian, sampai dengan apakah nyata kehidupan setelah kematian menjadi keraguan fundamentalis bagi orang-orang eksistensialis, dan yang lebih Radikal lagi ialah orang-orang absurditas. Aliran yang meragukan makna hidup dan tidak pernah menerima makna hidup dalam sebutan jenis apapun disebut sebagai absurditaslisme. Aliran ini mendorong manusia untuk bebas sebagai manusia yang otentik, seperti kelanjutan dari aliran eksistensialis nihilisme yang mencoba menjadikan manusia murni sebagai subjek independen, aliran absurdisme merupakan kelanjutan yang paling Radikal, sebab ia dengan berani nya menihilis dan pesimis atas makna kehidupan, baik nyata maupun pasca kehidupan. 

Apa yang harus dinikmati dalam hidup jika porsi makna kehidupan hanya dari sudut pandang orang lain?, kapan manusia benar-benar otentik?, dan benarkan ada makna kehidupan ini?. Dunia orang-orang absurd lebih kepada realitas yang mereka jalani, jika ada keberuntungan yang melimpah mereka, itu adalah bentuk usaha dari kerja keras. Sebaliknya, jika mereka mendapatkan kemalangan, maka itu sama halnya usaha mereka kurang keras. 

Mengabaikan makna hidup adalah sesuatu yang harus, sebab orang-orang absurd berusaha membunuh makna kehidupan yang terlalu basa basi yang diilhami manusia, mereka terlalu larut dalam opini dan asumsi hiberpolik dari tokoh-tokoh pemikir, filsuf, tokoh agama sampai para politisi dan pemimpin. Makna kehidupan yang para tokoh-tokoh tersebut jelaskan ialah makna kehidupan versi mereka, kesepakatan atas makna hidup lahir dari sifat rasa bangga mereka atas keberhasilan hidup secara pribadi atau individual, sehingga bagi orang-orang absurdisme, mencontohkan langkah perjalanan orang-orang sukses dengan beragam makna hidup versi mereka ialah tindakan yang benar-benar "konyol".

MENJADI ABSURDISME BERARTI MENCOBA UNTUK OTENTIK

 Kehidupan setiap orang akan berjalan dengan sendirinya. Meskipun semua manusia dianggap sebagai mahkluk sosial, saling memberikan dorongan dan manfaat satu sama lain. Namun, sifat individu manusia tidak terlepas, mereka ialah manusia-manusia yang berusaha menjadi otentisitas diri, dengan upaya kesadaran untuk bebas dari ikatan yang tidak mereka inginkan, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun