Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemarahan dalam Pandangan Para Pemikir

11 Oktober 2024   12:52 Diperbarui: 11 Oktober 2024   12:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kemarahan yang diperbolehkan, seperti marah melawan ketidakadilan, marah untuk melindungi orang yang dicintai, atau marah yang didorong oleh keinginan untuk perubahan yang lebih baik. Namun, kemarahan ini harus dikendalikan, bertujuan untuk kebaikan, dan diungkapkan dengan cara yang tidak merugikan.

Menghadapi orang yang selalu membuat marah membutuhkan ketenangan dan pengendalian emosi. Kita perlu memahami sumber kemarahan mereka, menetapkan batasan yang jelas, dan belajar untuk tidak terlalu baper. Jika perlu, carilah bantuan, dan selalu berlatih untuk memaafkan. Jalaluddin Rumi mengingatkan bahwa meningkatkan kualitas kata-kata jauh lebih penting daripada meninggikan suara, karena hujanlah yang menumbuhkan bunga, bukan guntur.

Kemarahan meledak, keluar kata yang tidak diinginkan. Tentu apa yang dikatakan marcus Aurelius bahwa apa yang disebabkan dari kemarahan tentu lebih besar dari penyebab, sehingga sepatutnya bijaksana dalam mengendalikan kemarahan. Setuju atau tidak, apa yang dikatakan Aristoteles menjadi maskot paling bijak dalam melihat kacamata kemarahan, bahwa marah haruslah berada pada waktu, orang, dimana, dan situasi yang tepat dan tidak membuat berantakan. 

Itu memang sangat sulit, namun tidak ada yang salah dalam mencoba. Apa yang di ucapkan oleh al-ghazali bahwa Kemarahan memang alamiah bagi manusia, atau bahkan bagi seluruh mahkluk hidup dan alam. Marah yang lebih bijaksana adalah ketika apa yang dikeluarkan lebih berkualitas daripada sekedar berbicara dengan kuantitas. Ini jelas apa yang dinyatakan oleh rumi bahwa kemarahan memang tidak bisa di elakkan, namun lebih baik dari kemarahan itu adalah mengeluarkan kata-kata untuk perubahan yang berkualitas, bukan memunculkan rasa dendam yang tak berkesudahan. 

Referensi

Fahruddin faiz, anger management. 25 septembet 2024 lokasi masjid jendral sudirman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun