Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Aku Hanya Ingin Mencintaimu

30 April 2024   00:03 Diperbarui: 30 April 2024   02:52 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pinterest / willow

Untuk kesekian kalinya, lagi dan lagi aku hanya ingin mencintaimu, sederhana dan selama-lamannya

Aku hanya ingin mencintaimu.... 

Kadang-kadang kalimat itu bungkam sesaat, ketika ia berada di sampingmu. Pada siapa lagi ia terucap, kalau tidak padamu; sungguh saja kali ini aku mengatakan kejujuran nya, bahwa aku hanya ingin mencintaimu.

Aku hanya ingin mencintainya, bukan sekedar puisi yang menenangkan hati. Aku hanya ingin mencintaimu, Saat-saat detik-detik itu berada padamu. Ia menanti kembali, bahkan pada temu yang sesaat, pada tangan yang berlambai dalam genggaman nya. Sebentar saja, kita hanya bertemu dan bercerita. 

Bagaimana kisah kita sesungguhnya? Apakah memiliki arti yang lebih?, atau bahkan kesusahan menepi di resah persatuan?. Aku hanya ingin merindukan kebersamaan, ketika bertemu saja kita bahagia, tentang cerita yang tak memiliki akhir, bahkan pertanyaan pertanyaan mengebohkan isi tawa. Tentang siapapun kita punya cerita, tentang kisah apapun menjadi canda tawa. Entah itu apa, tapi aku hanya mencintaimu.

Tidak seberat itu, bahkan tidak mudah untuk mengaku rindu. Aku bukan pelaku patah hati di masa lalu, apalagi sosok orang yang menjalin kisah setia pada sosok selain kamu. Cerita ini adalah tentang mu yang kurindukan nama dan segala tentangnya. Apalagi tentang pertemuan, ia adalah cita-cita yang selalu kita dambakan setiap massanya. Bahkan setiap ucap lewat teleponan, kita merindukan pertemuan. 

Jauh memang, kita adalah jarak yang dipersatukan oleh rasa. Ia tidak saling melihat, namun saling merasakan. Memang akan selalu ada badai dalam sebuah hubungan, berlalu lalang tanpa henti. Kita selalu menahan, bahkan kadang-kadang tidak kuat menghadapi. Melampiaskan?, tentu pernah, namun kita berusaha kuat untuk melanjutkan kisah ini. Pada orang yang sama, pada cerita yang sama, pada rindu dan rasa yang sama. Karena setiap kalinya aku akan jatuh cinta pada semuanya, karena hanya mencintaimu lah semua akan jadi lebih istimewa.

Tidak berlebihan mengatakan. Bahwa kita adalah kisah yang semu, redup setiap kali tentu, namun daya kita kuat untuk mempertahankan, bahwa rasa yang kuat adalah hubungan yang dipersatukan oleh rintangan yang hebat. 

Aku hanya ingin mencintaimu, untuk kesekian kalinya dalam hidup. Aku ingin mencintaimu, pada waktu yang singkat ini. Bahkan untuk kehidupan berikutnya, aku ingin mencintaimu seperti rasa yang sama.

Berbicaralah, menatap sepasang mata tanpa kejap. Kita seringkali tak berani menegok kanan kiri, karena kita sudah dipatrikan oleh kepastian. Semestinya takdir Tuhan yang menentukan, sementara kita berharap besar semua baik-baik saja. Tuhan mempertemukan kita, memperkenalkan dan kita menjalani takdirnya. Entah jalan apa nantinya yang akan terjadi, namun yang pasti. Semoga semua baik baik saja untuk kita setiap harinya. 

Mencintai mu saat ini adalah keputusan ku, namun tentu tak berani mengatakan aku memilikimu. Hubungan ini adalah keberanian kita untuk melangkahnya, dan kita tak tahu titik mana ia akan melepaskan, atau tetap bertahan, bahkan bisa tertulis bersama selamanya. 

Karena kita hanya ingin saling mencintai, namun memaksakan memiliki, sesuatu tak mungkin terjadi. Bahkan ketika kita dimabukkan oleh cinta suatu saat nanti. Semoga saja kita bisa tetap tersadar tentang jauhnya perbedaan kita untuk saling "mencintai" Dan rasa memaksa untuk "memiliki". Aku hanya ingin mencintaimu, semoga kau pun memiliki rasa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun