Filsafat adalah sebuah metode menemukan keseharian. Definisi ini memang jarang dikemukakan, akan tetapi definisi secara jelas dan terang ini sempat juga di proklamasi oleh Socrates, Plato, thales, anaximender, Ibnu Rusyd, Rene Descartes maupun Immanul kant.Â
Filsafat membawa manusia kedalam keseharian dengan satu tantangan, yakni ragu untuk mencari. Orang-orang yang menggunakan filsafat sebagai metode atau cara hidup, memiliki prinsip-prinsip hidup bahwa "segala sesuatu yang di hadirkan, baik dikatakan sebagai doktrin haruslah dicek keberadaan kebenaran nya terlebih dahulu. Sebab, manusia yang meragu untuk mencari adalah manusia yang sebenar-benarnya menggunakan akal".
Perlu dikatakan kembali, setiap filsuf memiliki kekhasan didalam hidupnya, seperti thales yang ahli dalam geometrik, astronomi sekaligus seorang filsuf kosmologi. Thales percaya bahwa ketika seseorang berkehidupan dengan lebih mengandalkan rasional, mereka bisa mengatasi hidup dengan lebih baik. Begitupun Socrates, bapak filsuf terbesar sepanjang massa ini mempraktikkan hidup sederhana, tapi berbobot. Karena kesederhananya membawa Socrates kedalam kebijaksanaan nya, karena darinya masyarakat yunani mulai meninggalkan kepercayaan.
 Socrates memiliki prinsip hidup yang bisa dipraktikkan saat ini, manusia selalu berada pada ketitik tidaktahuannya, namun mereka memutuskan untuk berusaha tahu yang padahal itu hanya ikut-ikutan semata. Sehingga, perlulah untuk menguji hidup dengan mempraktekkan bahwa hidup yang dipertanyakan adalah hidup yang selayaknya dihidupkan. Karena dari sana lah kita memahami bahwa dunia yang kita miliki bisa dirangkai dengan tidak melibatkan mitos-mitos yang membuat manusia bodoh.Â
 Adapun banyak filsuf seperti Thomas Aquinas, Diogenes, Marcus Aurelius, epictetus, seneca, dlsb yang menggunakan filsafat sebagai metode cara hidupnya. Mereka percaya bahwa filsafat membawa mereka kepada kebijaksanaan, akan tetapi pandangan setiap mereka berbeda-berbeda, prinsip hidup mereka berbeda-beda. Akan tetapi mereka memiliki tujuan yang sama, tak lain dari kebahagiaan, kebenaran dan pengetahuan.Â
 KESEHARIAN KANT DALAM IMPLEMENTASI FILSAFAT NYA
Jika melihat bagaimana keseharian dari Immanuel kant. Menceritakan kisah kehidupan Kant itu tidak terdapat hal-hal yang menarik. akan tetapi, dari sanalah tidak ada yang menarik dari kisahnya bisa di dapatkan satu cerita yang menarik untuk di kaji.Â
Kant sosok pemikir lahir pada abad ke 18,memiliki profesi sebagai dosen filsafat di Universitas koenisberg. Dirinya merupakan satu-satunya dosen di Jerman pada waktu itu hidup dengan gaji dari pemerintah. Kant memiliki seorang asisten yang sangat setia, bahkan asisten Kant diberikan satu perintah khusus baginya untuk bertindak apapun pada Kant ketika dirinya sulit untuk bangun tidur.Â
Aktivis Kant setiap hari bisa dikatakan sama saja, tidak ada yang baru dan tidak ada yang menarik. Setiap hari Kant bagun dari tidurnya, kemudian ngopi, membaca buku, menyiapkan bahan ajar, berjalan-jalan,mengajar, makan malam dan tidur. Aktivitas seperti ini dijalankan oleh Kant setiap hari. Dirinya tidak pernah keluar dari kota koenisberg, akan tetapi diri nya tahu segala apapun di luar koenisberg karena ketika makan malam bersama siapapun, Kant selalu mendapatkan cerita-cerita mengenai mengenai kota di luar koenisberg dari mereka. Kant dimasa hidupnya tidak menikah, karena dirinya percaya bahwa ketika menikah, ia akan merubah prinsip-prinsip hidupnya yang selama ini ia praktekkan.
Melihat bagaimana keseharian Kant semasa hidupnya. Dirinya mempraktekkan satu prinsip hidup yang Immanuel Kant sendiri beri nama maksim. Maksim merupakan satu prinsip Subjektif, seseorang yang bertindak berdasarkan keinginannya sekaligus keinginan tersebut harus dengan konsisten terpenuhi berdasarkan kehendaknya sendiri tanpa paksaan orang lain. Setiap orang memiliki tindakan yang menurut mereka membuat dirinya bebas, akan tetapi dikenkang oleh aturan agama, ideologi maupun lainnya. Kant berbeda dalam keseharian nya, ia menggunakan maksim sebagai prinsip hidup yang mengemansipasi manusia didalam kebelengguan. Manusia jangan sampai teralienasi dari makna hidupnya sendiri, dengan maksim seperti yang di praktekan oleh Kant, maka manusia bisa bebas bertindak berdasarkan keinginan setiap manusia yang seharusnya mewujudkan bahagia dengan versi dirinya, bukan versi kelompok A, ideology A, maupun hal lainnya,Â