Dalam maksim (prinsip subyektif), disanalah bisa ditarik satu hal penting didalam filsafat kehidupan nya (Kant) , bahwa seorang filosof memiliki cara hidup Masing-masing yang unik. Mereka mendobrak satu aturan baku yang mengharuskan manusia menjadi robot dari aturan yang lainnya, bahkan manusia tidak bebas sejak aturan dibuat. Kant dengan maksimnya mengatur tentang prinsip subjektif, bertindak seharusnya keinginan dari individu. Bertindak sejauh mungkin berdasarkan keinginan diri tanpa harus menjadi budak orang lain.Â
PEMIKIRAN FILSAFAT IMMANUEL KANTÂ
melihat sejarah filsafat, bagaimana tokoh filsuf mempraktekkan kehidupan berfilsafat secara praktis. Dalam arti, bahwa filsafat tidak diam dilangit semata, bukan teori-teori yang tidak bisa dipraktikkan di dunia. Namun, para filosof terdahulu mempraktekkan cara hidup sebenar-benarnya seperti filsuf yang dikatakan orang-orang yang mencintai kebijaksanaan.Â
Perkembangan zaman pun terjadi, di era modern para filsuf lahir dalam tatanan mendobrak ajaran Gereja yang terlalu fokus pada ajaran-ajaran kitab suci (geosentris). Para filosof mulai berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang biasa digunakan berulang-ulang dalam pembuktian kebenaran nya (logosentris). Era moder menggambarkan bahwa narasi besar seperti kebenaran objektif sains maupun diskusi filsafat sudah disepakati, kendati banyak pro dan kontra di dalamnya.Â
Belajar filsafat modern, maka orang-orang akan tidak lepas dalam bab bacaan atau diskusi filsafat membahas satu tokoh terbesar, yakni Immanuel kant. Tokoh kelahiran prusia tahun 1724 selayaknya pantas Dijuluki sebagai Aristoteles versi modern. Karena Immanuel kant merupakan filosof terbesar di abad ke 18. Bisa dikatakan kembali pula, bahwa dampak Immanuel kant nantinya akan mempengaruhi filosof besar seperti hegel penganut idealisme, soren krikeggard penganut eksistensialisme hingga Karl Marx penganut materialisme.Â
Kant menjadi sosok yang tidak akan lepas dibahas jika seseorang mempelajari filsafat. Bab khusus dalam kajian pemikirannya harus diluangkan, karena pemikiran filsafat kant lah seseorang akan menemukan satu paradigma revolusioner. Seperti merubah tatanan paradigma pemikiran berkonsentrasi pada satu pengumpulan pengetahuan yang disepakati seperti yang hadir bagai objek, sehingga pengetahuan itu terberi pengetahuan oleh objek menjadi pengetahuan yang dihadirkan sebagai objek oleh subjek. Dengan kata lain, immanuel kant menjelaskan paradigma pengetahuan manusia dalam tatanan subjek harus terdepan dalam memberi arti dalam pengetahuan.Â
Karena dari pemberi subjek, objek sebagai pengetahuan bisa dihadirkan. Hanya subjek yang memiliki kesadaran dalam menghadirkan sesuatu. Subjek menyadari bahwa objek bisa ada, dikatakan disepakati hadir jika sang subjek menjelaskan eksistensi dari sik objek, bukan malahan objek yang menghadirkan subjek. Sehingga dari sinilah, pemikiran kant yang khas, menggunakan istilah revolusi kopernikan yang sebelumnya dilakukan oleh Copernicus (geosentris ke heliosentris). Kant dalam filsafat nya medekonstruksi dalam Merubah sudut pandang dari kesadaran sebenarnya objek kedalam kesadaran subjek.Â
Pemikiran kant selama ini bergantung pada pencarian bahwa pengetahuan harusnya tidak sesederhana yang diketahui. Kant membagi pemikiran filsafat nya menjadi 3 pertanyaan penting. Seperti,Â
1. Apa yang diketahui? Kemudian nanti jawaban ini akan dibedah sedalam mungkin dalam kajian metafisika. Dalam arti sederhana, Kant ingin menunjukan bagaimana metafisika itu mungkin menjadi ilmu pengetahuan, dikaji semakin mendalam dan melihat sejauh mana titik pengetahuan sintesis a priori itu diketahui, sejauh mana demarkasi antara fenomena dan noumena pengetahuan manusia.Â
2. Apa yang dilakukan? Jawaban ini Nantinya akan di rumuskan dalam bagaimana ketika seseorang bisa bertindak berdasarkan keseharusnya sebagai kewajiban. Kant menarik sejauh mungkin bahwa tindak tanduk moral manusia diciptakan hanya demi manusia, untuk manusia dan karena manusia. Sehingga kewajiban itulah yang patut di sadari. Kant menjelaskan itu sedalam-dalamnya dalam etika moralitas kewajibannya yang ia sendiri beri nama etika deontologi.Â
3. Apa yang di harapkan? Jawaban ini nantinya akan terisi oleh bagaimana pertimbangan dalam estetika. Ini tidak akan terlepas dari epistemologi Kant didalam pertanyaan pertama dan kedua. Saling mengisi satu sama lain, Kant percaya bahwa segala sesuatu yang di harapkan kemudian hari akan menjadi satu dorongan besar untuk diyakini, tanpa diragukan. Karena tidak ada alasan kuat membantah keberadaan sesuatu metafisika itu dengan mengatakan dia ada atau tidak ada. Kant sendiri membuktikan bahwa metafisika itu mungkin jika manusia memiliki pengetahuan tentang hal hal yang berkaitan dengan tuhan, namun keterbatasan manusia lah yang membuat manusia tidak mampu mengidentifikasi syarat-syarat transendental tersebut.