Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sunyi: Beri Aku Kasihmu

24 Desember 2022   11:43 Diperbarui: 24 Desember 2022   11:48 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita adalah asmara yang sengaja lupa. Ia mulai terpana dengan sosok rasa yang mulai pudar, karena rindu yang konon dikabarkan menghilang ditelan waktu. 

Kau pasti tahu kan, Bahwa kita sudah saling siap siap untuk membawa dendangan rindu yang tak ada ujung malu. Walaupun, kita tak bertatapan dengan mata yang sama, karena kita sudah tak ditempat yang sama karena jarak yang menciptakan nya. 

Kita adalah sepasang kata yang tak ingin dipisahkan oleh tanda aksara rindu karena tak pernah bertemu. Selalu ingin bersama tanpa takut untuk saling melepas rasa, walaupun kita di uji jarak yang entah berantah berakhir seperti apa. 

Tentangmu dan jarak. 

Kau punya keyakinan tentang rindu, barang siapa yang selalu mengingat antara kata dan rasa. Ialah mereka yang selalu mendambakan kekasihnya dalam setiap doa. 

Kita terlalu takut untuk kehilangan. Sehingga kabar yang tak tersampaikan beberapa jam saja, kau anggap sebagai kecemburuan. Kita takut kehilangan sosok kekasih yang selalu beri semangat rasa. Terpatri dalam benak yang terdalam, melekat penuh semangat keseriusan. 

Tak ada yang tahu mengenai kisah ini. Hanya tercatat dalam sebatas kisah yang terpatri.. 

Kau tahu tidak?. Kita adalah orang yang selalu mendoakan pertemuan. Saling menatap rindu, hingga candu dalam kata-kata sudah tak lagi ukurannya. 

Resahku tentangmu yang jauh, ia tak lagi memegang erat tangan yang sama seperti dahulu. Pergi entah kemana, tetapi mengapa?, kau masih saja meninggalkan segores rasa yang kuperjuangkan. 

Yahhhh.... 

Apakah harus menunggu atau pergi darimu?? 

Bisikan sepi kembali menawarkan ku kepenjaraan tak menyukaimu, ia lebih asyik untuk tak melihatmu bersamaku. Namun, keterlibatan sunyi dalam jarak kita bukan alasannya. Tetapi kita yang tak saling mengabari menjadi alasan keraguan antara kita.

Sejujurnya saja, doaku adalah tentang mu yang setia, semoga doa kita sama.. 

Jika memang kita memiki doa yang berbeda, biarkan perpisahan yang dimulai dari kata-kata tak menghadirkan kecewa. 

Biarkan sunyi saja menghampiri dan menghiburku, walaupun ia tak membuatku bahagia seperti saat bersamamu. Setidaknya ia setia dikala kau tak lagi berstatus kita dan kisah yang kita selalu sebut rindu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun