Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puasa Berpikir, Bisakah?

5 April 2022   22:37 Diperbarui: 5 April 2022   22:48 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Puasa berpikir adalah mode hambatan untuk melihat sudut-sudut yang lain dan perspektif kan sesuatu dengan melakukan filterisasi. Sedangkan berpikir adalah proses yang tanpa henti dan tak akan pernah berhenti ketika Manusia masih dalam proses aktif. Akibatnya manusia tidak akan bisa melakukan tindakan puasa berpikir sebab itu bukan bagian dari yang melekat di dalam dirinya dan Walaupun demikian manusia akan terus-terusan melakukan proses berpikir walaupun itu dalam ranah negatif maupun itu dalam ranah positif.

5. Berfikir adalah proses untuk intervensi ke dalam berbagai dimensi walaupun itu sifatnya imajinatif maupun realitas. Sedangkan puasa berpikir bisa di kategorisasikan sebagai proses pemilahan ataupun penyaringan dalam sudut-sudut yang lebih bertendensi faktual dan positif.

Dalam lima alasan yang telah dijelaskan diataslah, sebab kenapa manusia tidak mampu melakukan proses puasa berpikir. Sehingga bisa di buat sebuah benang merah yang harus ditarik lebih kompherensif dan holistik untuk problematika tersebut, artinya bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir tanpa batas dan melihat objek dalam interpretasi mereka sendiri dengan notabene proses berfikir menjadi syarat utama yang harus terpenuhi. Ketika manusia memaksakan diri mereka untuk berhenti berpikir ataupun dikatakan sebagai puasa berpikir. Maka dari niatan untuk puasa berpikir inilah yang membuat manusia melakukan proses berpikir itu sendiri.

Jika dilihat pula Apakah manusia akan melakukan puasa berpikir, maka tidak akan pernah dan tidak akan bisa terjadi sebab manusia yang disebut sebagai mahkluk berkesadaran adalah makhluk yang berpikir dan ketika ada makhluk yang tidak melakukan proses berpikir, maka disebut sebagai bukan manusia (artinya bahwa kesadaran yang lebih rendah akan mengalami berfikir yang lebih lemah lagi namun kontekstualitas nya adalah kesadaran ini berada dalam nuansa kontrol dari pikiran).

Setiap hari dan setiap saat manusia terus mengalami proses kontemplasi melalui indrawi pengalaman, rasio hingga intuitif. Dalam tiga instrumen penting tadi pastinya ini akan berkaitan erat dengan konsep berpikir manusia. Yang di mana berfikir ini adalah bagaimana manusia melihat sesuatu dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada dan membuat sebuah konklusi yang sifatnya pilihan (tergantung manusia menyampaikannya atau tidak kepada publik atau pun bentuknya bisa maupun tulisan) yang disebut sebagai sebuah aktivitas tindakan manusia yang tidak akan berhenti di saat manusia aktif sebagai makhluk yang disebut sebagai terminologi eksistensial.

KONKLUSI

Kesadaran manusia memang tidak akan pernah punah ketika manusia hidup. Walaupun itu dalam posisi gila, kondisi seperti ini memang dikategorikan sebagai hilang ingatan ataupun terjadinya kerusakan di dalam memori manusia itu sendiri. Sehingga dalam hal ini manusia yang gila bisa diperbaiki sehingga tidak ada terminologi yang disebut sebagai manusia yang tidak berpikir. Konsep puasa berpikir adalah sebuah konsep yang baru muncul saat ini, terkadang ketika kita melihat orang lain puasa dan menganggap puasa itu sebagai bentuk aktivitas manusia menahan segala tindakan yang berbau negatif dan merubah diri semakin lebih baik. Maka dari situ konsepsi berpikir diubah menjadi puasa berpikir untuk memfilterisasi ataupun memilah Bagaimana manusia itu harus berpikir, maupun ada pilihan yang lain seperti manusia harus menunda Bagaimana diri mereka untuk berpikir. Namun hal itu adalah bentuk yang Utopia tidak bisa terlaksana sebab Manusia adalah makhluk yang tidak akan berhenti berhentinya untuk terus berpikir sebab Manusia adalah makhluk yang memang diprogram untuk melihat yang Liyan dalam bentuk kesadaran, kemudian kesadaran tersebut dimulai dari berpikir dan diekspresikan di dalam kehidupan manusia sesuai dengan pilihan mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun