Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan

28 November 2021   12:50 Diperbarui: 28 November 2021   12:59 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan turun dengan kesungguhan.

Merintik penuh deras, berhempas jauh dari haluan.

Detik detik terus terintimidasi.

Sekian kali hujan turun tanpa henti.

Larut dengan kesepian yang tak pernah terungkap.

Kilat menatap hening, awan bernada pening.

Langit tak lagi biru.

Entah karena hujan yang cemburu menjadi tamu.

Rintikan hujan gak berhenti.

Tersenyum lemas, langit tak berwarna lagi.

Oh..ternyata itu dia.

Setiap detik detik massa yang tertata.

Tarian petir terus menyampaikan sabdanya.

Hujan sekiranya turun lagi hingga kini.

Tak bisa kumeranjak, berhenti sampai titik ini.

Tak mereda dari sekian deras.

Sunyi yang tertutup dari cawan langit nun jauh.

Air terus mengisi selokan rumahku.

Dari teriakan anak anak yang tertawa akan hadirmu.

Hingga kini, hujan saja tak mau berhenti.

Kenangan mulai mereda, namun derasnya tak ingin sama.

Melewati titik jenuh nan diksi rapuh.

Setetes air jatuh dari pangkuan mata.

Entah itu sebab kenapa, dan siapa?

Rintikan ini terlalu sabar dari sekian frasa.

Melewati jalan gelap yang sekian henti.

Tertutup bunyi dari hujan yang bernotasi.

Kukira akan seperti derasnya hujan yang tak henti.

Setelah kubuka jendela. Rasa indah nan bernada kusebut itu pelangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun