Lalu bagaimana beragama seharusnya dapat menjadi pencerah fan mencerahkan? Karena agama pasti membimbing manusia kepada kebenaran dan kemanusiaan, yaitu sebuah sikap yang memberi manfaat akan adanya dunia. Agama memiliki fungsi mencerahkan keyakinan yang sebelumnya sesat dan hanya menurti hawa nafsu semata.
Selama ini keberagaman nasional mengalami ekstensi pasang surut dati waktu kewaktu terkadang keagresifan dalam keberagaman dapat muncul dan menjadi isu sosial bersama. Kasus-kasus keagamaan yang agama turut diseret dapat menjadi problem masalah kemasyarakatan contohnya kasus penodaan agama yang mempermainkan simbol-simbol agama, kasus pencemaran keagamaan, penistaan agama, bahkan isu politik sekarang ini ikut dikait-kaitkan dengan keagamaan.Â
Kasus-kasus keagamaan tersebut pasti memicu solidaritas dunia islam, orang muslim pasti akan membela agamanya dan akan semakin solid.Â
Untuk itu, kajian yutidis normatif sosiologi juga ikut berperan dalam hal ini. Dalam permasalahan yang anti toleran serta antipluralisme yang tambah menguat ini bukan hanya maslaah teologis. Kehidupan beragama tidak semata-mata terpengaruh ileh iman dengan kitab suci, tetapi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor riil, selerti contohnya politik, perekonomian, sosial dan budaya.Â
Akar dari antitoleran tersebut harus kita cari dan kuta selesaikan. Pemusnahan antitoleran akan menjadi sangat oenting di tengah kehidupan rakyat yang semakin tersudut akibat terampasnya hak publik yang mereka rasakan atas tindakan oleh para elitnya.Â
Alquran dapat dipandang sebgaia kitab apapun tergantung sudut pandang yang digunakan, dwngan hal ini orang akan mudah untuk menemukan dalil di dalam Alquran yang menyerukan tentang kasih saya atau kekerasan.
Semua sikap tindakan dalam kehidupan dalam beragam dapat dicari pembenarannya didalam Al-Qur'an, yang terpenting dalam memahami isi dari Alquran adalah kejujuran nalar fikiran serta nurani yang suci. Alquran sebagai tuntunan hidup tidak semata-mata mengatur permasalahan teologis tetapi juga memandu akan kebenaran dalam kehidupan. Oleh karena itu sisi kehidupan tidak boleh hanya dipandang dari sisi teologis saja tetaoi juga tataran empirik yang beracuan didalam Alquran.
Ditulis oleh Wahyu Afnan Hasbullah_172 HES 5E.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H