Mohon tunggu...
Mohammad Wahyudi
Mohammad Wahyudi Mohon Tunggu... Penegak Hukum - cukup kita

Senja, fana, kita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelaah Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Naskah Sebungkus Kebohongan Karya Muni Arum Lestari

8 Juli 2023   06:32 Diperbarui: 8 Juli 2023   06:56 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Drama adalah karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan realitas kehidupan melalui dialog yang dipentaskan. Beberapa ahli berpikir tentang drama. Menurut Kosasih (2012, hlm. 132), "Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan konflik dan emosi melalui alur dan dialog. Kata-kata Kosashi, "Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia nyata," menandakan bahwa drama ini merupakan karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan nyata melalui dialog.

Rokhmansyah (2014, hlm. 39) menyatakan: Kata drama memiliki dua arti: drama sebagai naskah dan drama sebagai panggung. Arti dari kata Rokhmansyah adalah bahwa drama adalah kisah kehidupan manusia berdasarkan peristiwa yang dialami, dibuat menjadi sebuah karya sastra, atau drama.

Rahmanto (2004, hlm. 89) mengatakan: Implikasi dari pernyataan Rahmant adalah bahwa dalam drama penulis berhasil mengatur dan menggambarkan kehidupan di sekitarnya, menggunakan karakter dan tindakan manusia yang kuat dalam cerita untuk menyampaikan realitas 11 kehidupannya. Artinya kamu bisa Drama.

Naskah drama atau teks drama adalah teks yang bersifat interaktif dan isinya mengembangkan alur (Luksemburg dalam Wiyatmi, 2005:43). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:76), manuskrip berarti karya sendiri yang belum pernah diterbitkan. Draf atau materi berita siap cetak. Drama adalah komposisi puisi atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan karakter melalui aksi (akting) atau dialog yang dipentaskan, dan merupakan narasi atau narasi yang disusun khusus untuk pertunjukan teater (Depdiknas 2001 :275).

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, ia memiliki karakter yang unik serta berbeda satu dengan yang lain. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok dalam pembentukan karakter yang minimal, yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal- kelompok di mana dia dapat bergantung kepadanya. Sebagai makhluk sosial, tentu manusia tidak dapat hidup sendiri. Iya harus hidup secara kelompok dan bersama, semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat.

Orang kaya tidak akan hidup tanpa orang miskin yang menjadi pembantunya, pegawainya, sopirnya, dan seterusnya, demikian pula orang miskin tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan mengupahnya.

Dan penegakan hukum akan selalu tumpul keatas dan tajam kebawah, sehingga jabatan dijadikan alat dalam memperkaya diri dan melakukan manipulasi keadilan. Jadi realita sosial ini yang perlu diperhatikan Naskah drama " menjadi media utama dalam penyaluran koflik realitas sosial, salah satunya dalam naskah drama "Sebungkus Kebohongan" karya Muni Arum Lestari.

Contoh dialog dalam naskah drama "Sebungkus Kebohongan"

Pemuda 1 : Inilah hukum untuk keadilan. Dan kematian adalah akhir penegak hukum. Hahha

Ketika pemuda 1 menikmati perbuatannya, kakek mengambil senapan dan menembak pemuda 1

Kakek : Inilah harga yang harus kau bayar untuk kesejahteraan. Hahha

(kakek mengambil nasi remasnya kembali dan beranjak pergi meninggalkan tempat kejadian)

Jabatan menjadi alat dalam memanipulasi berbagai hukum, dengan banyak peluang yang dia miliki semuanya akan diambil, sehingga hal inilah yang menjadi penegakan hukum dan keadilan terhambat, meski sudah melakukan berbagai macam untuk mencari keadilan itu tidak akan pernah ketemu, dan politisi mencoba melakukan wewenangnya sebagai wakil rakyat, dengan cara melakukan perlawanan melalui yang dia miliki. Namun, kembali lagi meski sang politisi berusaha membela sang kakek, tidak membuat dia mendengar dan mematuhi aturannya lagi, yang ada justru dia juga membunuhnya karena merasa sudah muak dengan ketimpangan hukum yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun