Mohon tunggu...
Wahyu W
Wahyu W Mohon Tunggu... -

Pegiat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Buah Manis Perjuangan Maruarar Membela UMKM

28 November 2018   02:54 Diperbarui: 28 November 2018   03:07 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Paket Kebijakan Ekonomi 16 yang diumumkan pemerintah melalui Menko Perekonomian Darmin Nasution pada Jumat (16/11/2017) benar-benar telah mengagetkan semua pihak. Terang saja karena kebijakan itu langsung akan berdampak kepada UMKM kita.

Jika kita ingat lagi substansi dari paket kebijakan itu ada 3 yaitu soal tax holiday atau pelonggaran pajak, soal relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI), dan soal pengelolaan devisi negara yang berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA).

Tiga hal paket kebijakan itu dimaksudkan pemerintah untuk mem-boost (mendorong dengan cepat) perekonomian kita. Namun, poin soal relaksasi DNI telah menimbulkan polemik baru dalam kebijakan perekonomian. Mengapa ? karena relaksasi DNI berarti membuka 54 sektor perekonomian untuk asing.

Yang mencemaskan adalah 54 sektor itu adalah sektor-sektor yang selama ini menjadi ladang rejeki para UMKM kita seperti industri pengupasan umbi, hingga usaha warung internet. Benar-benar mencemaskan buat daya hidup UMKM kita. Karena begitu asing benar-benar masuk ke 54 sektor itu, maka tentu saja akan banyak UMKM kita yang mati.

Untuk alasan inilah maka wajar saja jika sejak awal kebijakan ini keluar, Maruarar Sirait (Ara) langsung bereaksi keras menolaknya. Ia menjelaskan bahwa kebijakan relaksasi ini tak sesuai dengan kebijakan Presiden Jokowi yang pro rakyat, dan meyakinkan publik bahwa Menteri Darmin telah mengambil inisiatif kebijakan relaksasi sendiri. Tanpa restu Presiden Jokowi.

Isu Publik

Dengan segera isu ini pun menyebar karena dua hal. Pertama, ini menyangkut masa depan UMKM yang merupakan hajat hidup orang banyak dan perekonomian di Indonesia. Jelas saja, karena 99% sektor bisnis di Indonesia adalah UMKM. Alasan kedua mengapa isu ini bergulir kencang adalah banyaknya tokoh yang menanggapi kebijakan relaksasi DNI ini.

Biasanya, isu ekonomi yang ekslusif memang jarang menyita perhatian publik. Namun sekali isu atau kebijakan ekonomi itu menyangkut urusan perut banyak orang, maka sudah barang tentu akan menjadi wacana publik. Akademisi dan para politisi oposisi tentu tak mau ketinggalan menanggapi isu seksi ini. Mumpung isu ini bergulir di tahun politik.

Jika coba merekam dialektika isu relaksasi ini sejak awal, kita akan menemukan nama yang ngotot menolak relaksasi DNI ini. Ia adalah politisi PDIP Maruarar Sirait. Politisi yang sangat dekat Jokowi itu menolak keras kebijakan Menko Darmin mengeluarkan relaksasi DNI. Maruarar tak mau UMKM kita mati karena UMKM adalah jantung ekonomi kita.

Krisis ekonomi 1998 menjadi bukti bahwa UMKM adalah penolong perekonomian Indonesia. Jadi kekhawatiran Ara (panggilan Maruarar Sirait) adalah hal yang bagus. Di sinilah kita akhirnya mengetahui level seorang politisi. Ini soal hati nurani dalam merespon kebijakan yang berimbas ke rakyat banyak.

Betapa banyak politisi di Senayan yang mengerti masalah ekonomi. Namun, kenapa hanya Ara yang ngotot menghadapi penolakan relaksasi ini sekaligus memperjuangkan agar pemerintah setidaknya menunda kebijakan itu ? atau jangan-jangan memang banyak politisi Senayan yang tak faham dan tak pula peduli dengan kebijakan ekonomi semacam ini ? Ara bahkan kemudian menjalin komunikasi strategis bersama Kadind dan HIPMI untuk menolak relaksasi DNI ini dengan langkah-langkah konkrit dan jelas demi menahan agar relaksasi DNI ini tak terjadi atau setidaknya tertunda.

Respon Pemerintah

Tadinya pemerintah menyebut 54 bidang usaha dibuka untuk asing 100% yang memasuki area bisnis UMKM kita. Setelah mendapat kritik tajam dari beberapa tokoh, yang paling menonjol dari Maruarar Sirait, kemudian pemerintah menyatakan bahwa 54 bidang usaha yang dibuka untuk asing itu hanya tinggal 25 bidang usaha saja. Alasan pemerintah adalah bahwa kita kekurangan modal di 25 bidang tersebut. Juga untuk menghasilkan produk-produk pada 25 bidang ekonomi tersebut yang bisa mengurangi impor Indonesia.

Namun demikian, Ara tetap meminta bahwa pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan relaksasi ini dan membatalkannya. Ia ingin sektor UMKM ini tak perlu diganggu karena merupakan sektor bagi ekonomi rakyat. Yang juga membuat kita mendapat pelajaran bagus dari Ara adalah sikapnya. Ara tetap mengapresiasi Darmin yang mau merevisi 54 bidang usaha yang direlaksasi. Ia menganggap langkah Darmin mendengarkan kritik adalah hal baik untuk mengembalikan arah kebijakan ekonomi Presiden Jokowi yang pro Rakyat.

Buah Manis

Gerakan penolakan relaksasi DNI yang diinisiasi Ara dan beberapa tokoh ekonomi (Kadin dan Hipmi) ditanggapi pemerintah. Pemerintah menurunkan 54 bidang yang direlaksasi untuk asing menjadi tinggal 25 bidang ekonomi.

Meski ini dianggap sebagai keberhasilan langkah politik yang dilakukan Ara, namun sesungguhnya Ara dan masyarakat masih berharap bahwa kebijakan relaksasi ini dibatalkan atau setidaknya ditunda. Sejauh ini aspirasi ini direspon oleh pemerintah dengan menurunkan list bidang relaksasi dari 54 menjadi 25.

Penundaan ini pun diapresiasi akademisi dan tokoh ekonomi senior Rizal Ramli melalui akun sosial medianya. Dia juga menyebut Ara (Maruarar Sirait) sebagai tokoh politik yang juga ikut menyuarakan secara kritis soal relaksasi DNI ini. Semoga kemajuan kritik politik dalam rangka membela kepentingan rakyat harus sering kita dengar dari para politisi kita. Seperti yang dilakukan Ara. Membela dengan gagasan kemudian menjalankan aksi-aksi riilnya dalam melakukan negosiasi politik demi rakyat banyak. Kita berharap semakin banyak politisi yang sikap dan mentalnya seperti Ara, meskipun semakin langka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun