Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dua Kali Masuk Nominasi Best in Fiction, Rasanya Seperti Nyapres

21 Oktober 2023   16:51 Diperbarui: 21 Oktober 2023   16:58 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ha? Apa iya? Hehehe, sebenernya itu adalah ungkapan lebay, saking tak disangkanya pernah bisa masuk dalam lingkup ini. Hari ini masih terasa gempitanya, loh. Karena lagi musim capres, jadi perumpamaannya seperti itu.

Tahun 2017 dan 2018 saya masuk nominasi Best in Fiction Kompasiana Awards. Bangga? Tentu saja iya, karena kesempatan itu termasuk eksklusivitas di antara ribuan bahkan jutaan penulis di Kompasiana.

Saya bergabung di Kompasiana 14 Desember 2013. Cukup lama ya? Jangan dikira tulisan saya pada awal gabung sebagus sekarang, meskipun sekarang juga bisa dibilang biasa saja. Layaknya sebuah proses, semakin banyak jam terbang menulis, maka kita akan semakin piawai. Mengalir dan meluncur bak riak air menuju muara.

Ini sekedar perasaan saya saja, ketika masuk nominasi Kompasiana Awards, kuncinya adalah: tak ada hasil tanpa proses. Artinya bahwa dengan ketelatenan, maka akan menuai hasilnya. 

Sejak kecil saya memang hobi menulis dan berkhayal. Mengkhayal sesuatu, mengarang-ngarang cerita. Hingga suatu ketika waktu SMP saya menang lomba menulis. Betapa Ayah saya bangga dengan mengkopi banyak sertifikat penghargaan kejuaraan itu, padahal juga tidak untuk apa-apa. Ayah saya juga tidak bilang, "Wah, kamu keren." Semua biasa saja. Tetapi saya bahagia, karena bisa membuat Ayah bangga dengan hobi menulis ini.

Atau ketika SMA, banyak teman yang meminta saya untuk dibuatkan puisi. Hahaha... emangnya saya pabrik puisi, ya? Etapi, saya bukannya bete, tapi malah senang, karena dengan begitu, mereka secara tidak langsung mengapresiasi karya saya dan menyukainya.

Nah, singkat cerita, hingga masanya bertemu Kompasiana, seperti menemukan sesuatu yang klik. Banyak hal yang saya dapat dari Kompasiana. Menemukan banyak teman satu frekuensi, melampiaskan hobi menulis yang menggebu-gebu, dan menambah wawasan ketika membaca karya tulisan teman lain di Kompasiana. 

Eh, serius, sebelum bergabung di Kompasiana, saya sering bete, karena daya khayal saya tidak tertampung dengan baik. Dulu saya sering menyimpan karya tulisan di dalam komputer, atau menulis tangan di buku, hanya untuk diri sendiri.

Sedangkan di Kompasiana, ada feedback untuk karya kita. Diapresiasi dan dibaca. Sebenarnya apa sih yang membuat seorang penulis bahagia akan karyanya? Ya itu tadi. Dibaca banyak orang, dikenal, dan bermanfaat.

Semakin banyak berkarya, semakin banyak yang membaca dan menikmati tulisan kita. Alih-alih pembaca akan menunggu hasil karya dan kepo apa karya kita selanjutnya. Ini adalah salah satu proses menulis untuk mengalir menuju alurnya.

Nah, saat masuk dalam nominasi Kompasiana Awards, bukan suatu hal yang datang tiba-tiba. Harus sering berkarya, dikenal pembaca, dan memiliki banyak teman sesama penulis di Kompasiana. Jadi, jika tidak berkarya, mana pernah dikenal?

Dua kali masuk nominasi, rasanya seperti nyapres. Ha! Iya, karena ini kompetisi, gaes. Ada rival yang diajak bersaing. Ini alurnya. Tidak bisa dihindari. Mau tidak mau. Ada aura yang berbeda. Rivalnya teman sendiri, sering bertemu dan saling berapresiasi, eh, ini harus saling adu kreasi.

Jika sudah masuk nominasi, harus berkarya, paling tidak pada masa voting. Hasil karya tulisan bisa dinilai pembaca, dan akhirnya mereka memilih melalui vote. 

Perbanyak teman, agar banyak pula yang memberikan vote. Memiliki teman penyemangat yang menjadikan kita semakin semangat memberikan karya terbaik. Istilahnya memiliki tim pemenangan. 

Ada deg-degannya juga. Mampu nggak ya? Pantes nggak ya? Rasanya campur aduk. Belum lagi perasaan tidak pede dan takut mengecewakan teman yang memberikan vote. Belum lagi sensi merasa punya haters. Hahaha... Percaya deh, kalau masuk nominasi, pasti perasaan kita sama. Tuh kan kelihatan khayalnya saya, berasa seperti nyapres. Hehehe...

Arti Pulang, Rumah Ayah , Kita yang Hidup dalam Cerita, Bintari dan Kata-kata, Sekuntum Mawar untuk Rie, Bunga-bunga Bermekaran Apa Kabarmu Hari Ini, Pesan Cinta dari Dalam Jiwaku, Senja Baru Saja Memberikan Pelukan.

Nah, kalau dulu tidak mengenal dan bergabung di Kompasiana, bakalan tidak pernah merasakan hal yang seperti ini, kan?

Untuk teman Kompasianer yang masuk nominasi Kompasiana Awards 2023, semangat berkarya menyajikan karya terbaik, ya. Terutama penerus Best in Fiction. 

Mari vote para nominator Kompasiana Awards 2023 yang memberikan karya terbaiknya.

Selamat Ulang Tahun Kompasiana ke 15. Semoga tetap jaya dan bisa menjadi teman baik bagi Kompasianer.

Semarang, 21 Oktober 2023.

Salam, 

Wahyu Sapta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun